DeTAK PERISTIWA EDISI 180
Di SPBU Kasongan, dalam beberapa bulan terakhir ini tampaknya tidak ada hari tanpa antrean, baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Salah satu mobil pelangsir dengan ciri tambahan selang di bagian tangki terbidik lensa kamera tengah meluncur di jalan raya Samuda Kotawaringin Timur. Foto: Umar |
Ini membuat para pengendara bertanya-tanya. Pasalnya, tahun-tahun sebelumnya hal itu belum pernah terjadi. “Untuk membeli eceran di pinggir jalan harganya tidak menentu, kadang-kadang naik dan kadang-kadang turun, tapi kayaknya banyak naiknya, sehingga jika kita bandingkan harganya sangat jauh perbedaannya. Untuk itulah panjang bagaimanapun juga antrean, biasanya saya selalu membeli di SPBU. Maklum tingkat ekonomi saya yang hanya kerja serabutan ini terpaksa harus mencari minyak yang murah untuk mengisi motor yang setiap harinya saya bawa untuk bekerja mencari nafkah sesuap nasi,” ungkap Eman salah seorang warga Kasongan yang baru mempunyai seorang putra kepada DeTAK, Senin.
Menurut salah seorang Aktivis LSM Setia Budi berpendapat, bila pemerintah daerah (Pemda) ada rencanaya untuk menggelar operasi pasar (OP) BBM, maka ia adalah salah satu orang yang menentang keras rencana tersebut. “Operasi pasar bukan mengatasi masalah pokok penyebab kelangkaan BBM. Mungkin hal itu hanya bersifat temporer serta tidak menyelesaikan masalah,” tegas Budi.
Budi mengatakan, yang perlu dicermati langkah-langkah apa yang dilakukan Pemda dan pihak terkait telah memutuskan akar masalah sebenarnya, seperti melakukan penertiban para kios BBM.
“Kalau menurut saya langkah itu (operasi pasar-red) kurang bijaksana dan bukan langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah kelangkaan BBM,” tantang mantan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Katingan ini.
Ia meminta kepada Pemda setempat dalam hal ini adalah Dinas terkait, agar memperlakukan dengan hati nurani ke semua pihak untuk mencari solusi paling tepat, yakni harus mencari faktor penyebab utama kelangkaan BBM, dan langkah selain operasi pasar.
Lebih jauh Budi juga mengungkapkan kelangkaan BBM di Kabupaten katingan merupakan persoalan kuota.
"Selama lima tahun terakhir, kuota tidak bertambah . Padahal, jumlah kendaraan bermotor tentu bertambah, karena itu terjadi kelangkaan. Tidak ada cara lain harus ditambah lagi, sebab jika tidak, maka kondisi di Kabupaten Katingan tidak akan berubah, antrean panjang BBM selalu terjadi setiap hari dan setiap waktu,” kata Budi.
Menurut Budi, harusnya kuota ditambah bukannya malah dikurangi, sebab jumlah kendaraan roda dua dan roda empat di kabupaten katingan ini setiap tahunnya bukan berkurang, tapi selalu ada penambahan, termasuk adanya penambahan sejumlah kendaraan dinas di Pemkab setempat. (DeTAK-aris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar