Tujuh Tahun Keliling Indonesia dengan Bersepeda

DeTAK ANEKA EDISI 143

Tampak Solehudin (kiri) bersama Pemimpin
Umum Tabloid DeTAK, Syaifudin HM
 


Palangka Raya, DeTAK - Berawal dari penderitaan akibat penyakit folio yang menyebabkan dirinya lumpuh total selama tiga tahun, pria muda ini dibekali dengan keinginan (nazar) untuk melakukan perjalanan mengelilingi Indonesia jika sembuh dari penyakitnya. Selama tujuh tahun mengelilingi Indonesia, berbagai suka dan duka dilaluinya. Bertemu dengan para pejabat daerah, terpesona dengan Kota Balik Papan, Batam dan Bali, terkesan dengan masyarakat Palangka Raya dan Aceh, merupakan serangkaian pengalaman yang menghiasi perjalanannya.
Solehudin, pria 24 tahun asal Tasik Malaya Jawa Barat, Jumat (1/10) pekan lalu, singgah di Kantor Tabloid Mingguan DeTAK di Jl.Panglima Batur no.5A Kota Palangka Raya. Kunjungan tersebut merupakan rangkaian perjalanannya mengelilingi Indonesia, yang dimulai dari kampung halamannya sejak Januari 2004 silam.
Pria muda ini tergolong unik, atau bisa dibilang luar biasa, karena mampu mengelilingi Indonesia hanya dengan sebuah sepeda. Petualangan itu sudah dilakoninya selama 7 tahun. Ini sebuah perjalanan fantastik, dalam waktu selama itu Solehudin terpisah dengan keluarga dan mengembara di 32 provinsi yang ada di negeri ini. Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang ke 32 yang dikunjunginya. Dan rencananya pekan ini, dirinya akan mengakhiri petualangan tersebut di Kalimantan Barat, provinsi ke 33 yang akan menjadi akhir dari rangkaian perjalanan itu.
Kepada DeTAK, Solehudin banyak berbagi pengalaman tentang suka duka dalam mengarungi perjalanannya. Diawali dari tanah kelahirannya, Tasik Malaya, pria ini memulai perjalanannya sekitar tujuh tahun lalu, tentu saja setelah mengantongi Surat Jalan dari Gubernur Jawa Barat saat itu. Tiba di Jakarta dan bertemu dengan beberapa menteri dan pejabat setempat.
Seperti saat berada di Jakarta, disetiap kota yang dilaluinya pasti mendapat kesempatan untuk bertemu dengan pejabat-pejabat setempat. Mulai dari gubernur, walikota, bupati, Dandrem, Kapolda, Dandim, serta pejabat lainnya.
Tidak hanya itu, berbagai macam souvenir kenang-kenangan dari daerah yang dilaluinya selama tujuh tahun ini, tak luput dari genggamannya. Sehingga tidak heran lagi, sepeda yang menjadi kendaraannya sudah sarat dihiasi dengan berbagai macam accesories dari berbagai kota.
Menurut Solehudin, selama tujuh tahun perjalanannya, banyak hal menarik telah dialaminya. Mulai dari yang menyenangkan hingga yang menakutkan. “ Yang paling menegangkan ketika saya berada di Irian Jaya tahun 2008, disana saya sempat dicegat oleh kelompok pejuang kemerdekaan Papua, sebenarnya waktu itu saya tidak diperlakukan kasar, hanya dipaksa menurunkan bendera Merah Putih yang selalu terpancang bebas diatas sepeda saya, dari pada celaka terpaksa saya turinin juga”Solehudin mengisahkan.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku terpesona dengan kebersihan dan keindahan Kota Balik Papan, Batam dan Bali. Tiga kota ini merupakan kota paling berkesan dari sekian banyak kota yang dilaluinya. “ Jalan-jalan di Kota Balik Papan sangat bersih dan rapi, ada pula jalur khusus sepeda di jalan raya, dan yang tak kalah menarik pejabat-pejabat di sana tidak gengsi dan banyak yang naik sepeda pada hari-hari tertentu”Ujar Solehudin.
“ Kota Palangka Raya juga merupakan kota yang istimewa bagi saya, soalnya kota ini diwacanakan akan menjadi Ibukota negara, dan kebetulan saya berada disini pada saat yang tepat, sehingga saya bisa menikmati kehangatan di kota yang akan menjadi kota nomor satu di negeri ini”Lanjut Solehudin mantap.
Solehudin mengisahkan pula, saat-saat yang paling mengharukan sepanjang perjalanannya, yakni ketika dirinya harus menginap di tengah hutan yang menakutkan. Tepatnya di jalan lintas sumatera diprovinsi Jambi. Ditengah malam itu, sepanjang sisi jalan kerap dilalui ular-ular besar yang menyeramkan.
Solehudin mengatakan, sekitar Januari 2011 mendatang perjalanannya akan berakhir di Kota Pontianak. Ini merupakan puncak dari petualangan tersebut. Rencananya dia akan kembali ke tanah kelahirannya dan akan menulis buku tentang perjalanannya.(osten)

Ketika Seniman Bersuara

DeTAK UTAMA EDISI 144

Komunitas Teater Kota Palanga Raya diundang mengikuti kompetisi Teater Indonesia Piala WS Rendra di Gedung Cak Durasin, Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, 1-8 November 2010. Telah lama pula mereka melakukan latihan siang maupun malam. Sayangnya, semangat yang kini menyala bisa saja memudar sewaktu-waktu.
Untuk memberangkatkan sekitar 10 seniman saja, mereka mesti pontang panting mencari dukungan dana.Belum lagi keberadaan mereka disana selama mengikuti kompetisi. Jangankan kepastian, bayangan memperoleh bantuan sepertinya tak berbekas.
Padahal, yang diwakili nama daerah. Komunitas Kota Palangka Raya akan tampil pada 7 November 2010.
Ini kenyataan yang telanjang di depan mata, bahwa betapa sulitnya dukungan dana bagi kegiatan berkesenian. Tak salah memang, bila para seniman melulu mengeluhkan persoalan klasik itu.
"Yang terjadi selama ini, kalau seniman punya gawe, katanya tidak ada anggaran. Padahal, anggaran itu sudah direncanakan sebelumnya," ungkap Muhammad Alimulhuda, Ketua Sanggar Teater Terapung Palangka Raya.
Yang membuatnya tak habis pikir, pada setiap pembuatan anggaran tahunan seniman tidak dilibatkan, sehingga apapun kegiatan seni dan budaya tidak semuanya dapat ter-cover.
Parahnya, untuk mentas saja terkesan terjadi diskriminasi. Eka Noviana membuktikannya. Kalau ada penampilan (baca: pementasan seni sanggar-red), katanya mencontohkan, terkadang tidak merata. Kalau membawa tim kesenian dari Kalteng, itu masih hanya untuk beberapa tim kesenian. Sementara, untuk sanggar tari itu sendiri hanya ditunjuk yang itu-itu terus.
”Kok tidak bergiliran dengan yang lain atau pembagian penampilan dengan sanggar lainnya? Dimana, kalau ada anak pejabat yang ikut sanggar, ya sanggar itu yang dibawa. Dimana, siapa yang kuat melobi, ya itu yang dibawa. Jadi tidak ada pemerataan sebenarnya antara sanggar-sanggar yang dibina," ungkap Novi, sapaan akrab Eka Noviana.
Wajar saja, jika seniman senior semacam Anwar Makmur senewen. "Sekarang terus-terang, para seniman di Palangka Raya ini ibarat orang yang tidak punya rumah. Mau berkegiatan kemana-mana harus membayar. Jika kita mau mempergunakan gedung oleh seni di Disbudpar Kota, yang dulunya adalah aset taman budaya, atau Gedung Mandala Wisata (kini, Gedung Eka Tingang Nganderang-red) kita harus bayar. Tidak ada tempat untuk berlatih. Istilahnya lembaga yang memfasilitasi itu tidak ada," ungkap Anwar.
Padahal mustahil, kata Anwar, mau mengembangkan pariwisata tanpa melibatkan seni. "Di daerah manapun yang pariwisatanya maju, itu pasti melibatkan para seniman," tandas pengasuh siaran Tebaran Sastra di RRI Kalteng ini .
Namun, rohnya seniman tak pernah padam. Mereka pantang menyerah oleh keadaan. Hamsiyah, seorang pelaku seni teater, menyatakan kesalutannya pada para seniman. Ditengah minimnya perhatian dan dukungan pemerintah daerah, proses kreatif para pelaku seni tetap berjalan dan tidak terhenti karena kurangnya perhatian.
Kalau mau menyebut, maka Jakaria lah orangnya. Sosok anak muda yang satu ini tergolong tahan banting dengan kondisi. Jaka, panggilan akrabnya, menegaskan, kesenian dan kebudayaan akan tetap menjadi bagian dari hidupnya walaupun tidak ada dukungan yang layak dari pemerintah. "Yang membuat saya bertahan di bidang seni budaya, karena adanya minat, hobi dan bakat di bidang ini. Itu yang saya miliki,” ujarnya mantap.
Budayawan Kusni Sulang mengungkap fakta. Yang terjadi selama ini adanya jarak antara birokrat kebudayaan dan pelaku kebudayaan itu sendiri.
"Gubernur mengatakan adanya 'jarak' inilah yang menyebabkan terseok-seoknya kehidupan kebudayaan di Kalteng," ungkap Budayawan Kusni Sulang mengutip ucapan Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang ketika menerima delegasi Seniman-Budayawan Palangka Raya (KSB-PR) beberapa waktu lalu.
Kemungkinan meretas jarak itu lah yang kini ditempuh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng, Rudiansyah Iden. Sesuai arahan gubernur, katanya, di 2011 mendatang akan diadakan temu bicara dengan seniman dan budayawan Kalimantan Tengah (Kalteng).
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Budaya Bakri Y Saloh juga begitu. Pihaknya, kata Bakri, sudah menyediakan Gedung Mandala Palangka Raya sebagai wadah kreativitas para seniman Kalteng.
Tentang dipungutnya biaya sewa atas penggunaan Gedung Olah Raga Seni Budaya dan Pariwisata mendapat jawaban dari Kepala Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya Trecy Anden.
Pihaknya, kata Trecy, mau tak mau harus memungut biaya sewa atau retribusi atas penggunaan gedung tersebut sebab sesuai amanat dari Peraturan Walikota Palangka Raya Nomor 9 tahun 2007 tentang Retribusi Sewa Pemakaian Kekayaan Daerah.
Begitu juga dengan belum adanya wadah khusus yang disediakan pemerintah daerah bagi seniman Kalteng mendapat tanggapan dari anggota Komisi C DPRD Kalteng, Iber H Nahason prihatin. "Tak hanya wadah, perhatian yang bersifat pembinaan pun dirasa kurang, sehingga aktifitas seniman itu berjalan sendiri-sendiri," tanggapnya.
Menurut Iber, kurangnya perhatian pemerintah belum tentu dikarenakan anggarannya tidak ada. Namun, selama ini pemerintah melalui programnya kurang kooperatif mengusulkan ke DPRD Kalteng apa yang menjadi program dari pengembangan seni budaya itu sendiri.
Bergeraknya seniman secara sendiri-sendiri juga diakui Sastrawan kondang, Abdul Fattah Nahan. Seniman senior ini mengatakan, kondisi demikian akhirnya memaksa para seniman melakukan pendekatan kepada pihak ketiga. "Dalam menjalin kerjasama ada yang bergerak dengan melakukan pendekatan kepada pihak sponsor, atau pendekatan lainnya," sarannya. (DeTAK-rickover/yusy/indra)

Tato,Antara Seni dan Premanisme

DeTAK REMAJA EDISI 144

Menghiasi tubuh dengan tato, sudah menjadi salah satu tren remaja masa kini. Meskipun sebagian besar masyarakat masih menganggap tabu dengan keberadaan tato tersebut, hasrat remaja untuk ber-tato-ria sepertinya tak terbendung lagi. Aneka bentuk tato semakin eksis menghiasi goresan di tubuh setiap orang.
Pada dasarnya tato sudah diidentikkan dengan kekerasan dan kriminal. Larangan agama untuk bertato juga memperkuat asumsi tersebut. Namun anggapan masyarakat tentang merajah tubuh tersebut kini mulai sirna. Makna tato bagi sekelompok masyarakat mulai bergeser. Kini dianggap sebagai hiasan tubuh yang menawarkan nilai-nilai seni yang mampu melahirkan cita rasa, trendi dan modis.
Jika kita kembali ke pengertian dasarnya, tato berasal dari kata tatu yang artinya pertanda bagi sesuatu. Ini diambil dari bahasa Tahitian. Dalam pengertiannya, tato merupakan cara memberi tanda dengan memasukkan pigmen kedalam kulit tubuh.
Berdasarkan pengertian ini, maka jelas saja tato tersebut sangat beresiko bagi kesehatan. Ternyata tinta tato yang disuntikkan kedalam kulit sangat beracun. Hal ini sudah terbukti menimpa beberapa tokoh dari kalangan selebritis dan olahragawan yang menggunakan tato. Belum lagi ancaman penyakit berbahaya lainnya yang berasal dari jarum suntik yang digunakan berulang-ulang. Ini tentu saja beresiko menularkan penyakit seperti HIV Aids.
Seperti kita ketahui, tinta tato tersebut umumnya dibuat dari bahan kimia yang dikelompokkan dalam unsur logam berat, misalnya arsenik, mercury, perak, emas, dan bismuth. Zat-zat ini sangat berbahaya bagi kulit.
Dr.Irma Bernadette Simbolon, salah seorang dokter ahli kulit dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dalam sebuah situs kesehatan mengatakan, dalam ilmu kedokteran, tato sangat berpotensi menimbulkan kelainan pada kulit. Semakin luas permukaan kulit yang ditato, maka semakin besar pula resiko gangguannya. Hal itu tentu saja bisa menimbulkan keracunan.
Tren tato dikalangan remaja memang sudah menjadi fenomena mode. Dengan alasan mempercantik diri, mereka rela mempertaruhkan kesehatan demi sebuah kata trendi. Tren bertato dikalangan artis, juga menjadi salah satu pemicu maraknya praktek pertatoan dikalangan remaja. Sementara pandangan masyarakat tentang seni merajah tubuh ini, sebagian besar masih memiliki citra buruk dan sarat dengan unsur kekerasan dan brutalisme.
Dalam sejarah nenek moyang masyarakat Dayak Kayan di Kalimantan, tato itu sudah digunakan sejak dulu, namun maknanya mungkin sedikit berbeda dengan pemahaman masyarakat saat ini. Dahulu masyarakat Dayak sudah terbiasa dengan tato. Untuk kaum pria, tato akan dipasang sebagai kehormatan setelah berhasil memenggal kepala musuhnya. Sementara untuk kaum wanita, tato terkait dengan kepercayaan yang diyakini menjadi penerang bagi seseorang setelah kematian. Namun tradisi bertato suku Dayak Kayan ini dipastikan tidak memiliki efek buruk bagi kesehatan, karena zat yang diigunakan berasal dari rempah-rempah alami, bukan zat kimia berbahaya.(osten/berbagai sumber)

Menilik Seni Tatto Temporer di Palangka Raya

DeTAK HIBURAN EDISI 144

foto : yusy
Pria asli Banjarmasin Kalimantan Selatan ini sudah menggeluti dunia tatto hampir 20 tahun. Berawal dari hobinya melukis yang membuat nya tertarik untuk melukis di media lain, di kulit, yaitu tatto. Mengapa dia memilih tatto? karena menurutnya ada tantangan tersendiri dibandingkan melukis di media kanvas, selain itu mentatto juga sudah menjadi hobi yang dapat menghasilkan atau mata pencahariannya.
Hampir 12 tahun di Kalimantan Tengah, tidak membuatnya berhenti untuk tetap menjalani pekerjaan ini, ”saya menilai prospeknya bagus di sini” ujar Arfandi SS. Selain itu di akui masih tergolong sedikit orang yang menjalani pekerjaan di bidang usaha merajah kulit tubuh atau tatto sehingga lebih menjanjikan.
Totto temporary yang di jalaninya dengan penghasilan untuk per hari yang tidak tentu pun tetap tidak membuatnya patah semangat,” tidak tentu, kadang hanya 50 ribu, tapi kalau lagi ramai bisa sampai 200 ribu” ujarnya. Hari-hari yang ramai di kunjungi menurutnya seperti hari Minggu dan Jum’at.
Ia Mematok dengan kisaran harga dari 15 ribu per tatto sampai 40 ribu,”tergantung besar kecil dan rumit tidaknya gambar” terangnya. Tapi, ada beberapa yang sampai ratuasan ribu, terutama tatto permanent. Untuk tatto temporary sendiri ada yang mingguan dan ada pulang yang jagkanya bulanan. Karena menurutnya tatto itu adalah memindahkan gambar ke tubuh. Gambar yang di pindahkan itu pun bukan sembarang gambar, ” jika orang suka buah misalnya, karena kesukaannya itu maka digambarlah buah di tubuhnya” ujarnya memisalkan. ” ada juga yang membuat tatto nama pacar atu kekasihnya” ujarnya. Sehingga setiap gambar yang dipindahkan ke tubuh tentunya punya arti dan makna tersendiri bagi si pemilik. Di Palangka Raya sendiri, motif yang paling sering di minta adalah motif Tribal. Tribal adalah sebuah style yang tertua di dunia, selain everlasting. Style ini biasanya lebih di dominasi oleh warna hitam.
Karena sifatnya yang berjangka atau temporary (temporer) maka baik pria maupun wanita menyukai tatto jenis ini. Untuk bahan, meskipun diakui tergolong mudah tetapi ada bahan yang agak sulit. Seperti cairan untuk pembangkit gambar pada kulit yang di harus didatangkan dari Amerika, ”jika tidak ada, harus menunggu” ujarnya. Tetapi sejauh ini masih ia anggap mudah untuk mendapatkannya.”kami biasa ambil dari Banjar” ujarnya pria yang biasanya membuka praktek tatto di bawah jembatan Kahayan ini dan kalau malam hari biasanya di taman kota atau Taman Perjuangn depan kantor gubernur Kawasan Bundaran Kecil.
Suka duka menjalani usaha ini pun dialami oleh Arfandi, meskipun diakuinya sangat sedikit duka atau kerugian menjalani usaha ini. “ dukanya paling hujan, apalagi sekarang cuaca tidak tentu. Sukanya, karena menggambar, melukis adalah hobi” ujarnya. Selain sebagai pekerjaan mentatto juga baginya adalah seni yang dapat memuaskan jiwanya, sehingga ketika orang yang ia tatto puas dan senang dengan hasil yang baik, maka ia sendiri merasakan kepuasan pula. (DeTAK-yusy)

Korsel Akan Biayai Pengembangan Pertanian

DeTAK TAMBUN BUNGAI EDISI 144

KUALA KAPUAS, DeTAK-Sektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau Kalimantan Tengah dinilai memiliki prospek yang bagus. Karenanya, dalam rangka pengembangan, Pemerintah Korea Selatan (Korsel) bersedia membiayai proyek berkisar 2 hingga 3 juta dollar Amerika. Koica (Korea International Coorporation Agency) merencanakan program pengembangan pertanian yang meliputi peningkatan produksi, pemasaran dan teknologi pertanian.
Untuk penentuan hasil akan diketahui hingga proyek ini rampung tiga tahun ke depan. Selain itu,badan resmi pemerintah yang dibawahi Kementerian Luar Negeri Korea Selatan itu pun akan mengimplementasikan solusi penanganan hasil pertanian pasca panen guna meningkatkan ekonomi petani “Tujuannya untuk mendukung negara-negara berkembang, khususnya di Asia dan Afrika Selatan,” kata Asisten Resident Representative Koica Indonesia Office, Iris Soo Yeon Han, didampingi Kepala Seksi Pengembangan Umbi-umbian dan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan Sulhadiana Munir di Aula Kantor Bupati Kapuas Rabu.
Dikatakan, pihaknya menilai Kapuas dan Pulang Pisau cocok untuk pengembangan program tanaman pangan, setelah survei di Kalimantan Tengah tahun lalu. Kemarin diskusi kepala daerah pun dilakukan terkait program rinci. Meski begitu,imbuh Mrs Yeon, Koica tidak mencari keuntungan dari program yang mulai konkret 2012 itu.
"Ini merupakan bentuk kerjasama Pemerintah Korsel untuk mendukung Pemerintah Indonesia," katanya. Menurutnya, Koica lebih memfokuskan master plan proyek pertanian di Kalimantan. Sebab, pihaknya telah banyak melaksanakan proyek serupa di Pulau Jawa. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kapuas, Afiadin Husni mengatakan, pemerintah kabupaten telah menyiapkan 500 hektar lahan perkebunan dan pertanian di Desa Dadahup, Kecamatan Kapuas Murung. Tepatnya, di kawasan eks PLG sebagai pilot project-nya. (DeTAK-nordin).

Pelabuhan Kalteng Tidak Kompetitif

DeTAK TAMBUN BUNAI EDISI 144

foto : Osten
PALANGKA RAYA, DeTAK - Pelabuhan Kalimantan Tengah (Kalteng) tidak kompetitif. Banyak pengusaha lebih suka ekspor bahan mentah melalui pelabuhan luar ketimbang pelabuhan lokal. Nominalnya pun cukup membuat keder.
"Ini membuktikan pelabuhan-pelabuhan di Kalimantan Tengah (Kalteng) semakin tidak kompetitif," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng WS Dantes Simbolon saat jumpa pers,Jumat pekan lalu.
Kegiatan ekspor bahan mentah Kalteng melalui pelabuhan luar nominalnya tak tanggung-tanggung. "Justru terjadi tiga kali lipat banyaknya, yaknimencapai 290 persen dibanding tahun sebelumnya. Entah itu bicara ekonomis atau tidak, tapi orang lebih suka diluar Kalteng," beber Dantes.
Catatan BPS menyebutkan, ekspor melalui pelabuhan luar periode Juni-Juli 2009 sebesar 108,76 dollar AS. Meningkat tajam 290,68 persen pada periode yang sama di 2010, yakni 424,91 dollar AS. Sementara ekspor melalui pelabuhan-pelabuhan Kalteng hanya meningkat 6,73 persen.Tepatnya, dari 189,03 dollar AS (Januari-Juli 2009) menjadi 201,76 dollar AS pada periode yang sama tahun ini.
Kemungkinan tidak dipilihnya pelabuhan-pelabuhan di Kalteng, sebut Dantes, disebabkan fasilitas ekspor pelabuhan yang tidak memadai. Lalu, angkutan kapal negara tujuan ekspor tidak ada. "Tidak menutup kemungkinan masalah administrasi ekspor yang menyulitkan pengusaha," timpalnya.
Bahkan, lanjut Dantes, bisa jadi rusaknya ruas jalan provinsi antara Sampit Kotawaringin Timur dan Pelabuhan Bagendang termasuk yang membuat pengusaha ogah memilih pelabuhan lokal.
Yang paling banyak dieskpor lewat pelabuhan luar, lanjut Dantes, adalah batubara. Nominalnya pada Januari-Juli 2010 mencapai 282.30 dollar AS. Naik signifikan ketimbang 2009 dengan kurun waktu sama, yaitu 57,16 dollar AS. Atau, meningkat 393,88 persen.
Kemudian, komoditi karet dan bahan olahan dari karet. Cerminan peningkatannya dari 39,66 dollar AS 2009 menjadi 129,18 dollar AS pada 2010. Atau, meningkat 225,73 persen.
Ekspor Kalteng pun tahun ini turun 0,28 persen ketimbang 2009. Nilai kumulatifnya dari Januari-Agustus 2010 hanya 230,47 juta dollar AS. Sebelumnya di 2009 nilainya sebesar 231,11 juta dollar AS .
Penyebabnya, kata Dantes, akibat anjloknya komoditi lemak dan minyak hewan nabati, utama ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah. Cerminannya, dari 153,36 juta dollar AS Januari-Agustus 2009 menjadi 141,61 juta dollar AS. Atau, anjlok 61,44 persen.
Dantes pun belum tahu pasti penyebab anjloknya CPO itu. Besar kemungkinan, katanya, ekspor CPO melalui pelabuhan luar Kalteng kemudian dialihkan lagi antarpulau.
Memanasnya hubungan Indonesia-Malaysia beberapa pekan belakangan, dihitung Dantes, sebagai kemungkinan lain anljok ekspor CPO. "Dominasi ekspor CPO kita lebih besar ke Malaysia," timpalnya.
Hanya saja, Kalteng sedikit terhibur. Meskipun ekspor secara kumulatif menurun, namun pada Agustus lalu ekspor naik 77,88 persen (28,14 juta dollar AS). Pada Juli hanya 15,82 juta dollar AS. Malaysia, sambung Dantes, masih tetap negara tujuan ekspor dengan persentase 77,47 persen (21,80 juta dollar AS). Disusul Jepang 16,24 persen (4,57 juta dollar AS).
Selain minyak lemak dan minyak hewan/nabati, barang dari kayu dan bijih besi, kerak dan abu logam merupakan komoditas ekspor Kalteng yang lain. (DeTAK-rickover)

BPP-KB tak Punya Kantor Permanen

DeTAK KOTA EDISI 144

Trisna Handayani, SH
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP-KB) Kota Palangka Raya mesti pandai-pandai mengencangkan ikan pinggang. Pasalnya, dalam kebijakan umum anggaran dan plafon penggunaan anggaran sementara (KUA/PPAS) APBD 2011, BPP-KB termasuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang anggarannya terpangkas.
"BPP-KB hanya mendapat plafon anggaran sementara sebesar Rp1.048.349.000. Ini mengalami penurunan Rp300 juta dibanding tahun lalu, yakni Rp1,3 miliar," ungkap Kepala BPP-KB Trisna Handayani, Rabu pekan lalu.
Tak ayal, pemangkasan sementara membuat BPP-KB ketar ketir. Sejumlah program pun terancam tidak dilaksanakan. Termasuk, program rutin sekalipun. "Di tahun ini saja banyak program yang tidak dapat dilaksanakan, karena kekurangan dana. Kalau tahun depan dipotong lagi, bagaimana jadinya," sebut Trisna saat ekspose kegiatan di ruang kerjanya.
Paling tidak, sebutnya, kegiatan rutin seperti Hari Ibu, Hari Kartini, Hari Anak, Profil Gender, Pelayanan Keluarga Berencana (KB) untuk keluarga miskin, KB Kesehatan Bhayangkara, dan KB Kesehatan Pemberdayaan, Kesejahteraan Keluarga (PKK), tidak bisa dilaksanakan.
Sekedar gambaran, terangnya, tingkat partisipasi kaum pria untuk menjalan KB atau medis operasi pria (MOP) masih minim. "Baru 35 orang yang tercatat menjadi aseptor baru dari target 69 orang," sebut Trisna.
Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat peserta KB baru per kecamatan pada Agustus 2010 berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi IUD sebanyak 45, MOP 4, MOW 28 dan Implan 64 di Kecamatan Pahandut. Di Kecamatan Jekan Raya 37 IUD, 4 MOP, dan 25 Implan. Kecamatan Sabangau 3 IUD, MOW 3 dan Implan 28. Kecamatan Bukit Batu 3 IUD, 1 MOW dan 13 Implan. Kecamatan Rakumpit 1 IUD dan 7 Implan. Total penggunaan alat kontrasepsi di Kota Palangka Raya mencapai 89 IUD, 9 MOP, 57 MOW dan 176 Implan.
Pemangkasan tak berhenti pada plafon penggunaan anggaran sementara saja, tapi juga berlanjut pada Program Mamangun Tuntang Mahaga Lewu (PM2L). "Dana program ini dipangkas sekitar Rp12,2 juta atau 30 persen," beber Trisna.
Hingga saat ini, lanjut Trisna, instansi yang dipimpinnya belum memiliki kantor permanen. "Kemarin saja kita dipindahkan dari Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil). Sekarang kabarnya kami akan dipindahkan ke Jalan Yos Sudarso," katanya.
Ketiadaan kantor permanen, sambung Trisna, sedikit banyaknya mempengaruhi kelancaran kinerja secara maksimal. Tak heran, jika pencapaian target pendapatan asli daerah (PAD) hingga Juni 2010 masih tergolong rendah. Menurut Trisna, belanja langsung dari dana alokasi khusus (DAK) baru bisa dituntaskan pada Oktober mendatang.
Belanja tersebut seperti pengadaan mobil pelayanan KB, notebook untuk 23 penyuluh KB, dan pengadaan alat permainan anak-anak untuk 44 bina keluarga berencana (BKB).
"Kita akan tetap berupaya melaksanakan kegiatan yang ada ditengah keterbatasan anggaran. Tapi, kalau memang tidak bisa, tentu tidak bisa dipaksakan," tandas Trisna. (DeTAK-rickover)

Baru Calon Sudah Bertingkah

DeTAK DAERAH EDISI 144

Ir Marukan
NANGA BULIK, DeTAK - Kinerja calon pegawai negeri sipil (CPNS) Lamandau mendapat sorotan tajam. Kali ini sorotan itu datangnya dari figur nomor satu di Bumi Bahaum Bakuba. Usai peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Jumat pekan lalu, Bupati Lamandau Marukan mengatakan, para CPNS itu ditengarai banyak bikin masalah, seperti kendor disiplin, jarang masuk kantor, dan enggan melaksanakan tugas.
Marukan menilai, para CPNS itu banyak yang bertingkah.Padahal,status kepegawaiannya baru tahap calon, belum sepenuhnya menyandang status pegawai negeri sipil (PNS).
"Ini hampir terjadi disemua instansi, struktural maupun fungsional seperti guru dan perawat. Kondisi ini sudah sangat meresahkan," katanya.
Saat ini saja, kata Marukan, ada dua oknum CPNS Satpol PP yang membuat masalah hingga mempermalukan korps. Sementara di pedalaman, ada yang belum masuk sejak lebaran kemarin.
Untuk CPNS Satpol PP, ia meminta dilakukannya penyidikan dan harus diambil tindakan sesuai kesalahan yang diperbuat. Marukan menegaskan, sebenarnya bagi CPNS yang berbuat ulah tidak sulit untuk menggugurkannya. "Aturannya tidak sulit, berbeda dengan pegawai yang sudah PNS. CPNS yang bikin masalah cukup tidak diikutkan pra jabatan, otomatis status kepegawaiannya akan hilang," jelas Marukan.
Ia mengaku, tak sedikit mendapat ancamnan terkait dipecatnya dua anggota Satpol PP.
Anehnya, ancaman itu dikaitkan dengan Pilkada 2013 mendatang. "Saya dukung tindakan Kepala Satpol PP atas ketegasannya. Penegakan disiplin mutlak dilakukan. Saya tidak akan mundur meski diancam," tegas Marukan. (DeTAK-rickover/berbagai sumber)

Barsel Minim Tenaga Dokter

DeTAK DAERAH EDISI 144

dr Rusman Effendi
BUNTOK, DeTAK - Kurangnya tenaga dokter di sejumlah Puskesmas yang tersebar di wilayah Kabupaten Barito Selatan (Barsel) menjadi hambatan tersendiri dalam rangka penanganan permasalahan di bidang kesehatan.
Demikian dikemukakan kepala dinas kesehatan Barsel, Rusman Effendi kala ditemui Senin pekan lalu. Diungkapkannya, dari 10 Puskesmas yang beroperasi di Barsel, dokter yang bertugas terhitung hanya ada tujuh orang.
Ini berarti masih ada tiga Puskesmas yang belum tersentuh pelayanan tenaga dokter. “Idealnya satu Puskesmas ditangani oleh satu orang dokter,” kata Rusman. Apalagi untuk tersedianya dokter spesialis, dikatakan Rusman masih jauh dari harapan.
Hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan daerah dalam memenuhi insentif maupun tunjangan mereka yang cenderung mahal. Menurutnya, pemerintah harus memahami persoalan ini, mengingat profesi dokter memang merupakan jenis profesi yang langka.
Untuk itu, Rusman mengharapkan bagi tersedianya tenaga dokter spesialis yang memadai, terutama untuk pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat. Hendaknya pemerintah daerah bersama-sama dengan DPRD segera memikirkan penambahan nilai tunjangan maupun insentif dokter spesialis.
“Setidaknya Rp20 juta hingga Rp25 juta per bulan,” ucapnya. Sedangkan yang berlaku saat ini tunjangan insentif hanya berkisar Rp15 juta per bulannya. Dengan penambahan insentif tadi, diharapkan dokter spesialis yang mengabdikan diri di daerah Barsel akan merasa betah, sehingga tidak akan mudah berpindah ke daerah lain.
Pada bagian lain, mantan direktur rumah RSUD ini juga memaparkan upaya pihaknya mengatasi beragam tantangan yang dihadapi Dinas Kesehatan. Utamanya, dalam mengemban fungi informatif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Terkait dengan beredarnya sejumlah obat yang dinilai tidak layak konsumsi alias kadaluarsa (expired), baik yang terdapat di Puskesmas maupun Pustu-pustu, Rusman menegaskan, pihaknya akan melakukan penertiban dan penarikan berbagai jenis obat dimaksud, guna menghindari dampak yang merugikan.
Bahkan dalam waktu dekat, obat-obat kadaluarsa yang telah diinventarisir di gudang farmasi Buntok segera dimusnahkan. Pemusnahan akan dilakukan dengan cara mengubur setelah dihancurkan terlebih dahulu. “Kegiatan pemusnahan obat expired nantinya turut disaksikan aparat hukum terkait dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan,” pungkasnya. (DeTAK- agus irawanto)

Halaman Puskesmas Perlu Timbunan

DeTAK UTAMA EDISI 144

KASONGAN, DeTAK - Sejumlah masyarakat Kota Kasongan mengeluh, lantaran jalan atau halaman menuju Puskesmas Katingan Hilir yang ada di Kota Kasongan setiap datangnya banjir selalu terendam, sehingga untuk berobat ke sana tidak bisa.
“Perlu perhatian dari Pemerintah Kabupaten Katingan dan Dinas Kesehatan setempat untuk menganggarkan penimbunan di halaman tersebut, sehingga pasien dapat berobat ke sana ,” kata Mama Wisnu, salah seorang pasien yang tinggal di Kasongan.
Pantauan DeTAK, halaman yang ada di Puskesmas Katingan Hilir yang merupakan satu-satunya Puskesmas di ibukota Katingan itu memang terendam sekitar 10 centimeter. Saat debit air bertambah seperti tahun-tahun yang lalu, kemungkinan akan menenggelamkan sebagian teras tersebut.
Saat dikonfirmasi, Plt Kepala Dinas Kesehatan Alpian Noor melalui Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes) Tarigan, membenarkan terjadinya banjir tersebut. "Ketinggian air di halaman biasanya sekitar 40 centimeter dibawah badan jalan yang ada. Inimemerlukan penimbunan agar tidak sampai tenggelam bila banjir datang. Selain itu, agar masyarakat bisa berobat di Puskesmas," terang Tarigan via telepon, Kamis.
Sayangnya, untuk tahun anggaran 2011 penimbunan tidak dialokasikan mengingat keterbatasan dana.
"Kita telah usulkan lewat APBN atau dana alokasi khusus (DAK). Yang diusulkan bukan hanya penimbunan saja, tapi juga perehaban Puskesmas," ungkap Tarigan.
Tarigan berharap, Kementerian Kesehatan dapat menyetujui usulan perehaban dan penimbunan halaman Puskesmas. Terkait dengan gudang farmasi yang keberadaannya berdampingan dengan Puskesmas setempat, Manalu selaku Kepala Bidang Farmasi Dinas Kesehatan juga meminta Pemerintah agar mengalokasikan pembangunan baru.
“Gudang obat yang ada sekarang, meskipun masih layak untuk dipakai, tapi keberadaannya rentan terhadap banjir. Jika banjir datang dan semakin tinggi debit airnya,dikhawatirkan akan merendam gudang tersebut, sehingga obat-obatan yang ada di dalamnya akan mengalami kerusakan,” pungkas Manalu. (DeTAK-aris)

Kantor tak Ber-IMB

DeTAK HATI EDISI 144
Oleh : SYAIFUDIN HM

Hati ini sedih dan gundah gulana ketika membaca sebuah berita di surat kabar. Mengapa demikian? Karena isi berita itu tentang banyaknya gedung-gedung kantor pemerintah di kota Palangka Raya yang tidak memiliki ijin mendirikan bangunan (IMB). Jika kantor saja tidak memiliki IMB, bagaimana dengan bangunan milik masyarakat umum. Kita sudah tidak bisa membayangkan, bagaimana jadinya, kalo kantor pemerintah yang dianggap bisa memberi contoh kepada masyarakat, justru tidak memiliki IMB. Seperti yang diungkapkan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Palangka Raya, pekan lalu, penagihan retribusi IMB tahun 2010 mencapai 73,09 persen dari target Rp285 juta. Hingga Juni 2010 sudah tertagih Rp208.319.994,- dan dia optimis hingga akhir tahun pencapaian target terlampaui. Meski demikian, ternyata penagihan tersebut masih tergolong kecil karena banyak bangunan perkantoran dan perumahan yang belum memiliki IMB sehingga lolos dari penagihan retribusi. Menurut informasi pada Dinas Tata Kota Palangka Raya memang ada kelemahan dalam melakukan penertiban IMB. Dari 44.700 unit bangunan di Palangka Raya hanya 30 persen atau hanya 13.410 unit bangunan saja yang memiki IMB. Melihat kondisi ini, pihak Dinas Tata Kota dalam waktu dekat akan segera melakukan penertiban IMB dengan cara memberi surat teguran dulu hingga tiga kali, jika masih tidak diindahkan maka akan dilakukan pembongkaran. Bila kita melihat persoalan IMB ini, maka seharusnya sudah menjadi prioritas yang mendesak untuk ditertibkan itu terlebih dulu IMB perkantoran, karena bagaimanapun juga Kota Palangka Raya ini merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Baru bangunan milik masyarakat umum. Apalagi, kota Palangka Raya menjadi wacana yang kuat menjadi ibukota negara. Mungkin muncul berbagai pertanyaan, mengapa bisa terjadi banyak kantor pemerintah yang tidak memiliki IMB? Apakah pemerintahan masa lalu di kota Palangka Raya ini memang tidak mengharuskan adanya IMB untuk kantor-kantor pemerintah?, ataupun memang karena kelalaian petugas Dinas Tata Kota dalam menertibkan terhadap persoalan IMB ini? Wajar saja jika muncul sejumlah pertanyaan seperti itu, karena dari hasil penelusuran, bahwa kantor yang tidak memiliki IMB ini meliputi kantor-kantor dilingkungan pemerintah kota Palangka Raya dan kantor-kantor di lingkungan pemerintah provinsi Kalimantan Tengah. Mengingat Palangka Raya selaku ibukota Provinsi Kalteng merupakan pusat dua pemerintahan yakni pusat pemerintahan Kota Palangka Raya dan pusat pemerintahan Provinsi Kalteng. Namun, sejauh ini belum disebutkan secara rinci kantor apa saja yang tidak memiliki IMB tersebut. Kita berharap agar gedung-gedung kantor yang tidak memiliki IMB itu disebut saja secara jelas, agar masyarakat di daerah ini tidak bertanya-tanya. Dengan demikian maka di dalam penertiban bisa dilakukan secara adil dan tidak pilih kasih. Karena sanksi yang diancamkan pihak Dinas Tata Kota Palangka Raya itu sampai pada tingkat pembongkaran bangunan apabila sudah diberi peringatan tiga kali, tetapi tidak diidahkan. Semoga ke depan persoalan IMB segera cepat bisa selesai agar penerimaan dari retribusi IMB ini bisa meningkat, karena bagaimanapun juga rasanya aneh kalau gedung-gedung kantor pemerintah tidak memiliki IMB, apabila dibiarkan berlarut-larut, hal itu bisa memicu masyarakat umum tidak perduli dengan IMB. Harapan kita jangan sampai terjadi demikian. Semoga.

ZIARAHI MAKAM PENDIRI KOBAR

COVER DeTAK EDISI 143

Cover DeTAK : Foto – humas kobar

Tanggal 3 Oktober 2010, kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) berusia 51 tahun. Peringatan HUT kali ini dilaksanakan secara sederhana. Pawai Nasi Adab yang sudah menjadi tradisi dan dilaksanakan berpuluh-puluh tahun sudah itu, ditiadakan. Rangkaian HUT Kobar kali ini melakukan ziarah ke makam para pendiri Kobar, anjangsana ke rumah sakit, menggelar upacara dan pemotongan nasi tumpeng serta festival budaya Marunting Batu Aji. Tampak Plh. Bupati Kobar Riduansyah tengah menabur bunga di atas makam salah satu pendiri kabupaten Kobar .