PIMPINAN, WARTAWAN dan SEGENAP
KARYAWAN/KARYAWATI TABLOID DeTAK
mengucapkan
SELAMAT TAHUN BARU 2011

Besuk Dangsanak yang Terbaring Sakit

DeTAK ANJANGSANA EDISI 154

BESUK SAHABAT KARIB-HM Riban Satia, 
Wahyudi F Dirun, M Yusuf,  Nurani Mahmuddin, 
Rusli, Akhmad Syar‘i, Nazmi Puadi, Edy Sabarudin 
dan Zam’an membesuk  sahabat karib Bob Aliansyah 
dan keluarga di Samuda, Jumat (10/12). 
Foto: DeTAK-Umar
SAMUDA, DeTAK - HM Riban Satia dan rombongan membesuk sahabat karibnya Bob Aliansyah yang sedang terbaring sakit terserang stroke akibat terjatuh dari kendaraan pada 15 Mei 2009 lalu.

Kepastian kedatangan figur nomor wahid dari Kota Palangka Raya diperoleh keluarga Bob Aliansyah, setelah salah satu sahabat karibnya di Palangka Raya, Muhammad Yusup, menghubungi keluarga via SMS sekitar pukul 05.35 WIB, Jumat pagi.
”Kami menuju Samuda,” kata M Yusup dalam pesannya. Rombongan HM Riban Satia, yang juga Walikota Palangka Raya itu, tiba sekitar pukul 10.15 WIB di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Samuda, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Kehadiran bersama teman-temannya hanya lah bersilaturrahmi, membesuk dan membina tali persahabatan . Kepedulian, serta rasa solidaritas pertemanan diantara mereka selalu terpatri dan tak pernah pupus.
Sebelum membesuk Bob, pangilan akrab Bob Aliansyah, rombongan bersilaturahmi ke keluarga KH Moh Kaspul Anwar, Pimpinan Pondok Pasantren Al-Hijrah di Kelurahan Basirih Hilir. Sayangnya, Kaspul Anwar tidak berada ditempat.” Abah ke Desa Bagendang, ada acara,” ujar putranya Nuris Anwar.
Kedatangan rombongan disambut H Anang Sulaiman, Nuris Anwar, dan Asli Herman beserta keluarga.
Sosok Asli Herman dikenal sebagai pengusaha, sekaligus pendiri Yayasan AL-MA’RIFAH. Ia banyak berpartisipasi membangun sarana pendidikan di daerahnya.
Keramahtamahan dan saling menyapa membuat suasana bertambah akrab. Saking asyiknya ngobrol sampai waktu menunjukkan pukul 11.05 WIB rombongan pun pamit. “Rasa setumat banar bakisahan, andai ada waktu handak aja lagi,”ujar Asli kepada DeTAK.
Ketika berpamitan, cuaca yang cerah tiba-tiba berubah mendung. Hujan pun turun. Dua buah mobil yang membawa rombongan langsung menuju ke kediaman Keluarga Bob Aliansyah. Meskipun diguyur hujan sangat lebat, tidak menyurutkan niat sahabat-sahabat lamanya turun dari mobil. Terlihat keluar dari mobil itu, HM Riban Satia, M Yusuf, Wahyudi F Dirun, Nurani Mahmuddin, Rusliansyah, dan Akhmad Syar‘i. Sebelumnya rombongan dari Sampit, Kotawaringin Timur telah tiba lebih dulu. Mereka itu, Nazmi Puadi, Edy Sabarudin dan Zam’an.
Mantan Pemimpin Redaksi (Pimpred) dan juga pendiri media mingguan DeTAK, yang dikenal dengan jargon "Tabloid Oloh Kalteng", tak kuasa menahan tangis. Tak ayal, Isak tangis haru menyelimuti ruang kamar yang tak seberapa luasnya itu. Ucapan para sahabat memberikan semangat, sabar dan berdoa memohon kesembuhan.
Mantan Wartawan Banjarmasin Post, Kalimantan Post dan Pimred Borneo TV itu pun terhibur. Bob, yang belum mampu berbicara meneteskan air mata terharu melihat teman-teman yang datang menyapanya.
Penasihat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Kalteng itu seakan tak percaya kehadiran sahabatnya di kamar tidurnya. Sesekali ia terlihat menangis, sesekali pula tertawa lepas. Apalagi ketika mendengar cerita masa lalu saat mereka sama-sama masih duduk di bangku kuliah. Suasana mencair dan penuh makna. Bob pun terhibur.
Tidak terasa jarum jam dinding menunjuk pukul 13.40 WIB, para sahabat pun mulai bersiap pamitan. Momen terakhir itu dimaknai dengan foto bersama keluarga sebagai tanda kenang-kenangan.
Sementara keluarga, khususnya Ibunda Norhayati, orang tuanya Bob Aliansyah mengucapkan terima kasih. Keluarga, katanya, merasa tersanjung atas kehadiran HM Riban Satia dan sahabat lainnya.
”Terima kasih telah datang membesuk ,” ucap Bunda Norhayati lirih.
Terpisah, rombongan Ketua PWI Cabang Kalteng H Sutransyah yang sedang melakukan perjalanan ke Kabupaten Seruyan dalam rangka menghadiri “Pelatihan Jurnalistik tentang Press release Tahun 2010”, menyematkan diri mampir membesuk pada Senin malam (13/12) sekitar pukul 19.30 WIB.
Sutran, sapaan akrah H Sutransyah, didampingi Sekretaris PWI Chairil Supriadi, reporter RRI Sarbani, Redaktur Pelaksana Tabloid DeTAK Saripudin, dan Kepala Bagian Umum Tabloid DeTAK Usman Mahmudin.
Sutran, yang kebetulan baru pulang menunaikan ibadah haji, langsung memberikan oleh-oleh khas Kota Makkah, satu stoples buah kurma ajwa, satu botol atau 250 ML air zam-zam, satu ples garam Madinah dan satu lembar sajadah. Tepat pukul 20.00 WIB rombongan melanjutkan perjalanan ke Seruyan. (DeTAK-umar)

Kontroversi Komite Sekolah

DeTAK UTAMA 154

foto : DeTAK-YUDHET DOK
Bagi sebagian orang tua atau wali murid bisa jadi nama komite sekolah (KS) menjadi momok yang menakutkan. Belakangan ini di Kota Palangka Raya nama KS mengundang kontroversi yang berbuntut pada polemik.
Polemiknya pun bermacam-macam. Ada yang kepingin KS dibubarkan saja. Ada juga yang ngotot KS tetap ada.
Padahal, yang dipersoalkan adalah besaran iuran komite, yang dianggap cukup memberatkan orang tua murid. Tidak sedikit pula orang tua merasa dirinya tidak diundang saat angka-angka dipatok.
Ada pula yang diundang, tapi begitu tiba di rapat tersebut nominal angka iuran serta pembiayaan lainnya sudah dibuat. Terkesan orang tua tinggal men-iya-kan saja.
Tentang ini, Akademisi dari Universitas Palangka Raya (UNPAR) Profesor Doktor Nursanie Darlan kontan menolak.
"Seharusnya komite sebelum membuat rancangan anggaran harus mengundang semua orang tua untuk berkumpul. Apakah sepakat begitu atau tidak? Kalau sepakat berapa biaya yang harus ditetapkan. Jika tidak, bukan sepakat namanya," tegas Nursanie.
Untuk mengatasi, Nursanie mengusulkan, harus ada pembagian yang jelas. Untuk dana BOS ditangani oleh sekolah, untuk iuran ditangani komite sekolah. Tapi, guru besar UNPAR ini, menolak kalau semua murid harus membayar iuaran. "Ada orang-orang tertentu harus kita gratiskan," katanya.
Sebenarnya aturan perihal pelaksanaan komite sekolah sudah jelas. Tak salah, jika Ketua DPRD Kota Palangka Raya Sigit K Yunianto meminta peran aktif Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya berperan aktif.
Ketimbang berpolemik tak berujung soal iuran komite, mending dilakukan saja penyeragaman nominal iuran komite.
"Saya pikir hal tersebut bisa dilakukan dibawah koordinasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga. Bisa dengan mengadakan rapat koordinasi (Rakor) guna mengambil keputusan itu," kata Sigit diruang kerjanya, Rabu pekan lalu.
Kepala Dinas Pendidikan Kalteng Guntur Talajan menawarkan solusi. Dalam penetapan iuran komite, katanya, harus mengundang seluruh orangtua/ wali siswa. "Minimal 60 persen harus hadir dalam menentukan kesepakatan terhadap iuran komite. Kesepakatan ini sifatnya sukarela. Siswa yang orangtuanya miskin disubsidi oleh siswa yang orangtuanya mampu,” ungkapnya.
Dalam menentukan iuran komite sekolah, lanjut Guntur, steril dari unsur penekanan atau pemaksaan. "Bila orangtua siswa itu tidak ikut atau tidak bisa memenuhi kesepakatan pada rapat komite. Tidak ada larangan bagi siswa untuk tidak ikut ujian dan lain-lain. Jadi, hal ini yang perlu diluruskan oleh pihak sekolah,” tekannya.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kalteng Tambunan Jamin sependapat. Bila ada pendapat yang mengatakan, bahwa selama ini orangtua siswa kurang dilibatkan dalam menentukan rancangan angka atau nilai iuran komite, disebut Tambunan, semata-mata karena kurangnya sosialisasi saja.
"Kuncinya adalah komunikasi. Makanya, kepala sekolah dituntut kemampuan kompetensi sosialnya. Dalam artian, bagaimana kepala sekolah bisa berkomunikasi, baik itu dengan komite sekolah, membawa komite untuk berkonsultasi dengan orangtua. Hal itu sebenarnya salah satu dari karakter bangsa kita," tegas Tambunan.
Namun menyalahkan sekolah sepenuhnya tak bijak. Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Palangka Raya Suhardi Pandery menegaskan, pihaknya tidak pernah menentukan besaran iuran komite. Dalam setiap rapat komite, pihaknya selalu menawarkan besaran iuran komite kepada orangtua siswa tanpa ada paksaan.
”Dalam rapat komite, pihak orang tua lah yang menentukan berapa besaran iuran komite itu, bukan pihak sekolah,” tepisnya. Yang kerap menjadi kendala, katanya, terkadang orangtua siswa bila diundang dalam rapat komite hanya sebagian kecil yang hadir.
Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalteng, Krisnayadi Toendan Komite mengusulkan dibentuknya badan pemeriksa. Komite Sekolah keberadaannya memang mutlak diperlukan, sebab dari faktual di lapangan, terang Krisnayadi, pagu anggaran yang ada tidak semua yang bisa mencukupi kebutuhan sekolah. Selain pandangan sumber diatas, dihadirkan pula artikel Fatchul Mu'in berjudul Sekolah dalam Kondisi Dilematis?. Fatchul adalah Staf Pengajar FKIP UNLAM Banjarmasin. Artikrl ini pernah dimuat di Radar Banjarmasin, 29 Juli 2008 lampau. (DeTAk-rickover/inda/yusy)

Baca DeTAK UTAMA EDISI 154 Selengkapnya di TABLOID DeTAK EDISI 154

Kami Terus Ada, Karena Anda

DeTAK HATI EDISI 153


Jumat, 10 Desember 2010, Tabloid Mingguan DeTAK Palangka Raya genap berusia 3 tahun. Lika-liku dalam usia balita ini sudah ditemui dan dilalui secara bersama-sama seluruh wartawan dan karyawan lainnya. Tabloid mingguan DeTAK yang terbit setiap senin ini memiliki motto “Tabloid Oloh Kalteng” artinya dalam rubrik yang disajikan berupaya mengangkat berbagai budaya di Kalteng dengan cirinya masing-masing. Selanjutnya, Tabloid ini menyajikan rubrik yang khas dan selalu tampil beda dengan media massa harian yakni Rubrik DeTAK UTAMA. Rubrik ini memiliki liputan sebanyak tiga halaman dari hasil investigai khusus yang mendalam dari para wartawan DeTAK itu sendiri sehingga tampilan dan materi rubrik ini sangat berbeda dengan media cetak lainnya. Kemudian, dalam Tabloid ini juga ada yang namanya DeTAK INFORMASI, rubrik ini berisi alamat kantor pemerintah beserta nomor telepon khususnya pemerintah Provinsi Kalteng dan pemerintah kota Palangka Raya. Insya Allah dalam tahun 2011, rubrik DeTAK Informasi akan dilengkapi dengan alamat dan telepon kantor pemerintah atau swasta yang berkaitan dangan pelayan publik di seluruh Kabupaten dan Kota di Kalimantan Tengah. Misalnya, ada pembaca yang ingin tahu alamat dan nomor telepon kantor Dinas Sosial di Kabupaten Kapuas maka dengan membaca Tabloid DeTAK anda akan mendapat nomor yang dicari. Tujuan dari DeTAK INFORMASI ini merupakan salah satu bentuk kepeduliaan Tabloid DeTAK akan pelayanan publik, sehingga apabila pembaca membuka halaman DeTAK INFORMASI maka wawasannya terbuka ke seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Selain dua rubrik utama itu, para pembaca juga kami berikan rubrik lainnya yang cukup bermanfaat seperti rubrik kesehatan, olahraga, remaja, hiburan, peristiwa dan lain-lain. Nah, sejak edisi ke-100, Tabloid DeTAK menyajikan yang namanya DeTAK HATI. Rubrik ini khusus ditangani oleh Pemimpin Umum dengan ciri-ciri yang khas pula seperti Hati ini gundah gulana, hati ini riang gembira, dan lain sebagainya. Isi dari rubrik DeTAK HATI berupa kritikan yang dilengkapi solusi, bisa juga pujian terhadap sesuatu keberhasilan. Bersamaan dengan HUT ke-3 Tabloid DeTAK, hati ini riang gembira, para undangan yang hadir memenuhi kursi-kursi yang tersedia di tempat acara, hiburan dengan organ tunggal dan seorang biduanita serta beberapa para penyanyi dari undangan tampak asyik menyumbangkan suaranya. Keberadaan Tabloid Mingguan DeTAK hingga tiga tahun ini, tidak terlepas dari peran utama para pelanggan, pembaca dan pemasang iklan yang memberikan penghasilan utama terhadap penerbitan media cetak. Sehingga ada kalimat yang menyatakan kami terus ada, karena anda. Untuk itu, kami seluruh pengasuh Tabloid Mingguan DeTAK menyampaikan ribuan terima kasih kepada para pelanggan, pembaca dan pemasang iklan atas peran serta dan dukungannya selama ini, sehingga bisa eksis hingga tahun ke -3. Harapan kami ke depan, tidak lain kecuali hanya adanya terus menerus dukungan dari semua pelanggan, pembaca dan pemasang iklan agar Tabloid Oloh Kalteng Ini terus eksis sesuai dengan tema HUT ke-3 Tabloid ini : “Berkarya dan Berdetak untuk Semua”. Semoga terus berkembang dan maju sebagai bacaan alternatif yang terkemuka di Bumi Tambun Bungai ini.

Tiga Tahun DeTAK

Eksis Karena Komitmen dan Semangat Kebersamaan
DeTAK LENSA EDISI 153

Jumat, 10 Desember 2010 kemarin merupakan hari yang istimewa bagi seluruh jajaran Tabloid Mingguan DeTAK, baik para pemegang saham, unsur pimpinan, karyawan, biro daerah hingga pelanggan dan mitra-mitra kerja. Pada tanggal tersebut, tabloid yang kini ada di tangan Anda ini menapaki tahun ketiga.
Bertambahnya usia penerbitan Tabloid ini jelas merupakan suatu karunia yang patut disyukuri. Betapa tidak, dengan berbagai keterbatasan dan sejumlah rintangan, media mingguan ini dapat terus terbit secara reguler hingga sampai ke tangan pembaca.
Hal tersebut tentunya didasari oleh berbagai faktor. Namun, motivasi terbesar yang mampu membawa DeTAK sampai pada usia ini adalah komitmen untuk terus memberikan alternatif sumber berita yang dibutuhkan masyarakat, yakni melengkapi referensi informasi dari media-media massa yang sudah ada di Kalimantan Tengah.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah semangat kebersamaan antar semua jajaran, baik dari unsur pemegang saham, pimpinan, karyawan dari berbagai bagian hingga biro-biro yang tersebar di hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Semangat kebersamaan itu berangkat dari kesamaan keinginan dari seluruh elemen internal DeTAK untuk terus menjadikan media ini tetap ‘berdetak’.
Kemampuan untuk terus survive di blantika pers Kalimantan Tengah adalah salah satu pencapaian positif bagi DeTAK jika dibandingkan dengan riwayat media-media sejenis yang pernah ada.
Berbagai terobosan lewat kreativitas dalam penyajian informasi, peningkatan kualitas layanan kepada mitra iklan dan pelanggan merupakan hal yang menyatu dalam perjalanan DeTAK sejak terlahir 10 Desember 2007 lalu.
Hal itu pula yang kemudian membawa berbagai kemajuan bagi DeTAK. Selama tiga tahun berjalan, cakupan peredaran DeTAK semakin luas baik di wilayah Kalimantan Tengah. Bahkan jangkauannya kini telah mencapai Banjarmasin (Kalsel) dan Jakarta.
Dari segi kualitas tampilan tabloid, desain perwajahan, konten rubrikasi, editing redaksional hingga kecepatan media ke tangan para pelanggan dan mitra terus ditingkatkan.
Ke depan, berbagai pengembanganpun akan terus dilakukan. Tujuan akhirnya adalah memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi kemajuan daerah dalam koridor “sebenar-benarnya pers”, yakni kontrol sosial, ekonomi, politik dengan cara mencerdaskan masyarakat.
Momentum hari jadi DeTAK tersebut diperingati pula dalam sebuah kegiatan syukuran, akhir pekan tadi. Bertempat di halaman Kantor redaksi DeTAK, Jl Panglima Batur No.05 Palangka Raya, acara tersebut berlangsung khidmad.
Sejumlah perwakilan dari lembaga eksekutif maupun legislatif, tokoh-tokoh dan insan pers, tokoh masyarakat dan agama, organisasi kepemudaan, mitra iklan serta pembaca hadir dalam acara tersebut. Alhasil, acara sederhana yang pada mulanya berlangsung khidmad itupun lantas berpadu pula dengan suasana meriah dan penuh keakraban. (DeTAK – didindan)

Menyoal Transparansi Penerimaan CPNS

DeTAK UTAMA EDISI 147

Musim penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) di lingkup pemerintahan segera dimulai. Sesuatu yang sangat ditunggu para pencari kerja dan tentu juga para broker atau calo.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, praktik percaloan untuk mendapatkan jatah kursi pegawai pelat merah itu diduga masih akan terjadi pada seleksi CPNS 2010. Di kalangan pencari kerja, masalah percaloan sudah menjadi rahasia umum. Tahun ini kabarnya tawaran dari para calo mencapai puluhan juta.
Di Kalteng sendiri, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang mengumbar nominal tarif masuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Rinciannya, pelamar yang berijazah SMA/SMK sederajat dipatok Rp30 juta, lulusan Diploma Rp45 juta, dan lulusan Starata Satu (S-1) Rp75 juta.
Teras mengaku, angka fantastis ini diakuinya diperoleh dari laporan yang masuk selama ini. Bahkan, menjelang penerimaan CPNS yang diperkirakan November nanti, lulusan SMA/SMK sudah dipatok melambung hingga kisaran Rp60 juta.
Menariknya berbarengan dengan angka fantastis diatas, menapak ke permukaan soal pentingnya transparansi dalam seleksi penerimaan nantinya. Hanya saja, transparansi seperti apa yang akan diterapkan? Apakah transparansi yang harus buka-bukaan sekalian? Atau apa? Sebab, fenomena percaloan atau broker atau pun makelar ibarat buang angin. Yang dirasakan hanya baunya, tapi wujudnya tak pernah terlihat.
Makanya tak salah, bila Rincae tidak percaya begitu saja ketika soal transparansi bergulir. ""Saya tidak yakin cara transparan atau terbuka itu nantinya terbukti ampuh. Karena tetap saja akan ada praktek KKN,” ujarnya lugas.
Bahkan, Presidium PENA 98 Wilayah Kalteng, Aries Farian Taufik sampai mempertanyakan mekanisme pengawasan seperti apa yang sudah disiapkan oleh Gubernur.
"Keseriusan seperti apa? Isu broker bukan barang baru. Dari pengalaman membuktikan tidak pernah terbongkarnya mafia tersebut," tandas Aries.
Meskipun sanksi pemecatan bagi pejabat dan PNS yang diduga melakukan percaloan sudah ada, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, tapi gerakannya jalan terus.
Walikota Palangka Raya HM Riban Satia meminta masyarakat melaporkan jika merasakan dan menumukan praktek percaloan. "Siapa pun juga, bisa membuka mata dan telinga bila menemukan keganjilan penerimaan agar dapat dilaporkan pada pihak berwenang," tandasnya.
Yang terpenting, sambung dia, menjelang penerimaan kewaspadaan ditingkatkan. "Modus dari joki atau makelar macam-macam. Bisa dari telepon sampai pesan singkat (SMS)," sebut Riban.
Deputi Deputi Sumber Daya Manusia Bidang Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN dan RB) Ramli Naibaho berpendapat beroperasinya para calon tersebut, karena ada peluang yang memungkinkan tindak kejahatan itu dilakukan.
Apalagi melihat besarnya minat masyarakat untuk menjadi PNS."Sebenarnya kalau para pelamar itu percaya pada kemampuannya dan tidak mudah terpedaya, pasti tidak akan kena jeratan para calo," ucapnya.
Besarnya minat masyarakat pada soal transparansi sah-sah saja. Namun, dosen Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya (UNPAR) Agus Mulyawan meluruskan, bahwa soal transparansi bukan lah suatu azas. Karena kewajiban itu tidak tercantum dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan PP No 98 tahun 2000 sebagaimana dalam perubahannya melalui oleh PP No 11 tahun 2002 tentang Pengadaan CPNS.
”Artinya, pejabat pembina kepegawaian melalui hasil laporan panitia yang telah dibentuk sebelumnya, hanya berwenang untuk menetapkan dan mengumumkan pelamar yang dinyatakan telah lulus saja,” ulas master hukum ini.
Tidak ada keharusan dalam peraturan dasarnya, kata Agus, yang menyatakan pejabat pembina kepegawaian daerah menetapkan dan mengumumkan pelamar yang dinyatakan tidak lulus.
Namun Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan (BKPP) Kalteng Agustina D Dewel menjamin penerimaan akan benar-benar transparan. "Tidak ada istilah titipan atau jatah pejabat dan lain-lain. Dalam pengawasan seleksi akan melibatkan semua unsur, termasuk DPRD Kalteng,” ujarnya.
Mengingat praktek suap sulit mengatasinya, Wakil Ketua Komisi A DPRD Kalteng H Muneman Syamsu meminta, tetap ditingkatkan kewaspadaan. Praktik suap dalam peneriman CPNS, terang Muneman, bukan hal baru lagi. Ia mengakui, rekrutmen penerimaan CPNS baik di institusi daerah maupun vertikal sebelumnya juga praktik suap sangat berperan dalam menentukan kelulusan si pelamar.
Dalam penerimaan nanti ia menduga masih adanya nuansa KKN, namun persentasenya kecil. ”Prediksi saya, tidak menutup kemungkinan bahwa KKN dalam rekrutmen ini masih ada,” duganya.
Lantas bagaimana dari sisi psikolog memandang praktek suap seperti itu? Psikolog Esty P Pangestie berpandangan, adanya dorongan masyarakat rela mengeluarkan uang banyak hanya untuk mendapatkan sesuatu, sudah menjadi sifat manusia.
"Tapi itu bukan sebuah karakter dan kepribadian, ataupun kebiasaan. Kepribadian itu pada dasarnya ada pada diri seseorang. Kalaupun berubah, itu lebih disebabkan oleh bentukan atau pengaruh lingkungan," tandasnya.
Bahasan topik utama ini juga menggambarkan bagaimana sebenarnya ruang gerak pada calo itu. Di Surabaya, Harian Surya membeberkan sebauah fakta betapa hebatnya pada calo bergarilya. Sampai-sampai omzet yang diraup mencapai miliaran rupiah. (DeTAK-rickover/indra/yusy)

Indahnya Ber-Bhinneka Tunggal Ika

DeTAK HATI EDISI 147

Hati ini sedih dan gundah gulana ketika mendengar berbagai informasi yang mengancam keberadaan semboyan Negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan budaya paling beragam di dunia. Keberagaman Indonesia ini dipertegas dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi satu. Namun, pengalaman hidup bersama dalam upaya penerapan prinsip Bhinneka Tunggal Ika sebagai salah satu bangunan dasar berbangsa dan bernegara ternyata penuh tantangan. Salah satunya ketika berbagai ide penyeragaman mulai mempengaruhi dalam relasi anak bangsa, maka Bhinneka Tunggal Ika masih hanya sekadar slogan formal, belum optimal menjadi ruh bangsa dan pemerintah Indonesia.
Tantangan semakin besar saat ini dalam arus globalisasi, yang hadir dengan wajah ganda. Di satu sisi, globalisasi dapat menghubungkan dengan cepat orang-orang dari seluruh penjuru dunia dalam satu pergaulan yang disebut komunitas global. Sementara di sisi lain, globalisasi justru mulai mempertajam identitas masing-masing manusia dengan ciri khas etnik, agama, ideologi dan gaya hidup dalam kebersamaan global yang justru mengedepankan persaingan pasar dan modal. Merespon hal tersebut maka berbagai elemen masyarakat sipil mengadakan Konsolidasi Nasional Pertama Bhinneka Tunggal Ika di Surabaya 22 – 26 Juni 2006, yang melahirkan Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI). Aliansi ini sebagai sarana untuk mempertahankan Pancasila dan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an.
Hati yang semula sedih dan gundah gulana, kini mulai berubah menjadi riang gembira, karena ANBTI menggelar lagi Konsolidasi Nasional lanjutan yakni yang kedua dilaksanakan 25 – 31 Oktober 2010 di Jakarta. Apalagi, wartawan Tabloid Mingguan DeTAK diundang dan diikutsertakan dalam kegiatan yang mempertemukan semua suku, agama dan aliran kepercayaan dari seluruh Indonesia itu. Dalam kegiatan yang dipusatkan di Wisma LPMP DKI Jakarta tersebut, sebanyak 400 peserta dari berbagai komponen masyarakat perwakilan seluruh Indonesia bertemu menjadi satu dalam Indonesia yang penuh warna. Hal tersebut sungguh pemandangan yang indah dan luar biasa. Disana hadir para kiayi, pendeta, pastor, pimpinan agama-agama lokal daerah-daerah di Indonesia, seperti Kaharingan, Sunda Wiwitan dan lain-lain. Kemudian, hadir pula berbagai suku, ada yang kulit hitam, kuning, sawo matang, kulit putih, rambut lurus, rambut keriting, semuanya membaur menjadi satu penuh keakraban dan kebersamaan. Mereka semua datang dengan semangat yang tinggi untuk memperkuat Pancasila dan memperteguh Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an. Dalam kegiatan Konsolidasi Nasional itu, para peserta mengenakan pakaian khas daerahnya masing-masing. Sepuluh orang peserta dari Kalimantan Tengah terlihat mengenakan baju batik benang bintik dengan motif Batang Garing serta mengenakan lawung di kepala. Kegiatan yang berlangsung selama tujuh hari itu, juga diisi dengan peringatan 82 Tahun Sumpah Pemuda pada 28 Oktober yang dirangkai dengan Dialog Nasional Tokoh Antar Generasi, dan Seminar dengan tema : Peranan Media dalam Integrasi Bangsa.
Konsolidasi Nasional II ANBTI menghasilkan Dewan Majelis ANBTI Pusat dan berhasil memilih Sekretaris Jenderal periode 2010 – 2014 serta berhasil pula menyusun Statuta ANBTI serta sejumlah Rekomendasi dan Resolusi. Statuta sejenis dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) pada organisasi lain. Kita sangat berharap semoga ANBTI tetap mempunyai semangat yang tinggi untuk mempertahankan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, sampai kapanpun.

Semarak Pawai Budaya MADN 2010

DeTAK COVER EDISI 147

Foto:DeTAK-YUSY
Sejumlah remaja putri peserta Pawai Budaya mmemperagakan keterampilan menabuh Katambung untuk mengiringi salah satu tarian khas Suku Dayak Kalimantan Tengah, Kamis (28/10) tadi.
Atraksi seni budaya yang dikemas dalam sebuah acara karnaval dengan start di kawasan Bundaran Besar Palangka Raya ini digelar untuk menyemarakkan kegiatan akbar bertajuk Munas III Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) 2010 di Palangka Raya.
Acara yang mempertemukan sejumlah tokoh-tokoh masyarakat Suku Dayak dari berbagai wilayah di Kalimantan Tengah tersebut bertujuan untuk merumuskan solusi guna mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat Dayak dewasa ini. Di antaranya menyangkut upaya pelestarian ragam budaya Dayak dan hak pengelolaan tanah, hutan dan kekayaan alam tanah Dayak.

10 Orang Peserta dari Kalteng

DeTAK ANEKA EDISI 147

10 orang peserta dari Kalteng dalam kegiatan
Konsolidasi Nasional II ANBTI berpose di halaman
Wisma LPMP DKI Jakarta.
Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) menggelar Konsolidasi Nasional II di Jakarta berlangsung selama 7 hari (25 sampai 31 Oktober 2010) yang dipusatkan di Wisma Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta, Jl. Nangka No.60 Tanjung Barat Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kegiatan tersebut diikuti sekitar 400-an orang yang berasal dari 33 provinsi seluruh Indonesia termasuk 10 orang peserta dari provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Kesepuluh orang dari Kalteng yakni, Welly Yessi selaku koordinator, Syaifudin HM, Lubis, Berlin Saha, Nataline, Mastuati (semuanya dari P.Raya), kemudian, Rudek Udir, Ny. Endek dan Aliati (Barito Timur), Kasire Asrianty, SS (Kapuas).
Welly Yessi, koordinator peserta Kalteng, menjelaskan Kalteng sudah empat kali mengikuti kegiatan ANBTI yakni, Konsolidasi Nasional I ANBTI di Surabaya, Juni 2006, kemudian Konsolidasi Regional Kalimantan ANBTI di Banjarmasin, Agustus 2007, selanjutnya Simposium Nasional ANBTI wilayah Indonesia Tengah dan Timur di Manado, Januari 2010 dengan pembicara Agustin Teras Narang, gubernur Kalimantan Tengah. “Kita akan selalu aktif mengikuti kegiatan ANBTI karena tujuannya mempertahankan Pancasila dan memperteguh ke-Bhinneka Tunggal Ika-an. Selama tujuannya tidak melenceng, kita akan terus aktif,” ujar Welly yang juga salah satu perintis Walhi Kalteng itu.
Sementara itu, Lubis, ketua Umum Pengurus Besar Lembaga Tertinggi Majelis Agama Kaharingan Republik Indonesia (PBLT-MAKRI) Pusat, menyambut baik dan berterima kasih diikutsertakan dalam kegiatan Konsolidasi Nasional II ANBTI ini. “Forum ini sangat tepat untuk menyampaikan uneg-uneg kami selaku penganut agama Kaharingan yang selama ini hidup dibawah tekanan diskriminasi. Kami akan terus berjuang sampai kapanpun, hingga agama Kaharingan mendapat struktur di Kementerian Agama RI,” tandasnya dengan penuh semangat.
Syaifudin HM, pemimpin Umum Tabloid Mingguan DeTAK mengatakan, keikutsertaannya dalam Konsolidasi Nasional II ANBTI ini sungguh merupakan kehormatan karena Tabloid DeTAK adalah satu-satunya media massa terbit di Kalteng yang diundang dan diikutsertakan dalam kegiatan nasional ini. “Kami bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada panitia nasional yang mengikutsertakan Tabloid DeTAK dalam forum kegiatan ANBTI ini,” ujar Bang Udin – panggilan akrabnya.
Menurut dia, meskipun Tabloid DeTAK berupa mingguan ternyata juga mendapat perhatian dari publik, apalagi sekarang setelah tampil di facebook dan di blogger setiap edisi terbit. “Hadirnya Tabloid DeTAK dengan gayanya yang khas itu, karena dukungan para pelanggan dan pemasang iklan serta hasil kerja keras semua awak redaksi, layout, pemasaran, sirkulasi dan bagian lainnya,” jelas Bang Udin. (DeTAK – osten siallagan)

Media Massa Diminta Merekam Sisi Pluralisme

DeTAK ANEKA EDISI 147

Seminar dengan tema : Peranan Media dalam
Integrasi Bangsa, yang digelar oleh ANBTI sedang
berlangsung yang dipandu KH.Dian Nafi’ (berdiri).
Pakar Pendidikan dan Sosial dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara, Phill Zainul Fuad meminta media massa memiliki orientasi yang jelas agar dapat menjadi kendali social dan media massa yang proprularisme akan menjadi orientasi perdamaian. “Pemberitaan cenderung bersifat konflik, padahal jurnalisme itu mencari fakta. Selain mempunyai orientasi yang jelas, media massa juga harus merekam sisi pluralisme,” ujar Phill Zainul Fuad dalam Seminar yang digelar Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) di gedung Sahid Jaya, Jakarta, 28 Oktober lalu.
Di tempat yang sama, peserta Konsolidasi Nasional II Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika yang dihadiri 400 peserta dari 33 provinsi seluruh Indonesia, memperingati 82 Tahun Sumpah Pemuda. Peserta Konsolidasi Nasional II Aliansi Bhinneka Tunggal Ika tersebut terdiri berbagai suku, agama dan kepercayaan dari seluruh pelosok Indonesia.
Seminar yang mengangkat tema : Peranan Media dalam Integrasi Bangsa, menampilkan enam orang pembicara Prof. Qasim Mathar (UIN Sulawesi Selatan), Shopia Maypaw (anggota DPD-RI dari Papua Barat), Dr.Phill Zainul Fuad (IAIN Sumatera Utara), Eva Sundari (anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P), Saur M. Hutabarat (Direktur Pemberitaan Media Indonesia) dan Maria Hartiningsih (Wartawan KOMPAS, penggerak Jurnalisme Damai)) serta dengan moderator KH. Dian Nafi’.
Lebih lanjut, Zainul menambahkan media massa pun harus membangun karakter pribadi sebagai identitas, sebab tanpa karakter pribadi media massa akan terjebak. “Jangan sampai media kita hanya bisa menjadi corong. Saya mendambakan sebuah media yang punya orientasi perdamaian,” harapnya.
Sementara itu, Direktur Pemberitaan Media Indonesia Saur M. Hutabarat mengatakan dalam konteks integritas nasional, media massa tidak boleh netral. “Kalau kita bersepakat NKRI negara Plural maka tidak ada pilihan lain, media massa harus berpihak kepada pluralisme,” tegasnya.
Eva K. Sundari, anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P mengeluhkan media massa yang masih menjadikan Jakarta sebagai sentral sumber pemberitaan. Padahal, menurut dia, Jakarta tidak dapat dijadikan tolok ukur untuk sebuah proses demokrasi. “Seharusnya para tokoh lokal di daerah juga dijadikan sumber informasi. Hal ini penting agar media massa dapat berperan dalam memperkuat demokrasi,” pinta Eva.
Wartawan KOMPAS Maria Hartiningsih menegaskan praktik jurnalisme damai harus dikedepankan dan diperjuangkan. Ini, katanya, benar-benar jurnalisme komprehenshif, yang benar-benar berpihak pada jalan perdamaian tanpa kekerasan. Para peserta seminar sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut, hal itu terlihat dengan banyaknya pertanyaan dalam sesi dialog. (DeTAK – syaifudin HM)

DeTAK: Situs Budaya Suku Dayak Ot Terancam Punah

DeTAK: Situs Budaya Suku Dayak Ot Terancam Punah

Situs Budaya Suku Dayak Ot Terancam Punah

DeTAK BUDAYA EDISI 146

KUALA KAPUAS, DeTAK - Kelestarian situs budaya berupa rumah Ot, yakni jembatan batu dengan panjang sekitar 500 meter, air terjun dan benda peninggalan sejarah lainya di Desa Datah Girih, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas terancam punah.
Ini lantaran perkebunan kelapa sawit merambah kawasan itu, menyusul adanya sengketa lahan. Padahal rumah terbuat dari batu berlobang tersebut merupakan peninggalan suku Dayak Ot yang tinggal di hutan pada waktu itu. Mereka diketahui belum terjamah kemajuan zaman dan selalu berpindah.
“Sangat disayangkan kawasan cagar budaya itu dirambah perkebunan kawasan kelapa sawit,” sebut Kepala Dinas Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, Informasi, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas (Dispora IKP), Edy Lukman Hakim melalui Kabid Pariwisata, Katanggar, pekan lalu.
Menurut Edy, sebenarnya apabila dilestarikan situs budaya tersebut dapat mendongrak pendapatan asli daerah (PAD). Bukan tak mungkin, melalui desa wisata akan membuka ekonomi masyarakat setempat.
Informasi Mantir Adat setempat menyebutkan hingga kini masih terjadi Permasalahan sengketa lahan antara perusahan dan masyarakat sekitar.
Ia harapan persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Sehingga menghasilkan kesepakatan, dimana letak kawasan masyarakat dan perusahaan sawit itu sendiri. Sebelumnya, imbuh Katanggar, medio Oktober ini tim dari kabupaten, Dispora Provinsi, Universitas Palangkaraya (Unpar) dan Badan Pertanahan Nasional (Bapenas) akan turun ke lokasi guna melihat dan melakukan pengukuran.
Ditambahkan Edy, persoalan dihadapi dalam pemetaan budaya pariwisata karena lokasi situs berada di lingkungan warga sekitar. Seperti diketahui hingga kini keberadaan masyarakat Suku Dayak Ot masih ada di belantara hutan Kalimantan Tengah, hanya saja sulit ditemukan.
Dijelaskan Kabid Pariwisata, hal itu dikarenakan pola hidup berpindah dan sering bersembunyi di balik dahan kayu untuk berburu binatang apa saja di hutan dengan cara menyumpit. Selain takut dengan suara senjata, mobil maupun kendaraan bermotor lainya.
“Cerita turun-temurun menyebutkan suatu keberuntungan bertemu dengan Suku Ot. Mereka pun akan senang apabila diberikan tembakau nkiloan dan garam sebagai tanda mata,” ujar Katanggar. (DeTAK-nordin)