OLAHRAGA - PSSI Diminta Perhatikan Bibit Sepak Bola

DeTAK EDISI 137

Kesebelasan Anjir Putra foto bareng dengan piala bergilir 
yang direbutnya
KUALA KAPUAS, DeTAK-Lagi, H Pahmi Cup IV berhasil mencetak bibit baru pemain si kulit bundar di Kabupaten Kapuas. Di tahun ke-4 even yang telah diselenggarakan ini, tim Anjir Putra, berhasil menyambet juara pertama menggunguli 27 tim lainya.
Tim kesebelasan Desa Anjir Serapat Tengah kilometer 10 tersebut pun berhak memboyong piala dan tropy serta uang pembinaan Rp2,5 juta. Menyusul juara kedua kesebelasan Bintang Putra dari Kuala Kapuas mendapatkan uang pembinaan Rp1,5 juta. Untuk juara ketiga kesebelasan Angkasa dari Desa Pulau Kupang, piala dan tropy serta uang pembinaan pun diserahkan Rp1 juta. Juara keempat dalam laga H Pahmi Cup IV tersebut yakni kesebelasan Gabungan Putra dari Kapuas.
Gelar persepakbolaan tahun ke empat di lapangan sepak bola di Desa Anjir Serapat, Km 3, Kecamatan Kapuas Timur itu terhitung dari 18 Juli hingga 7 Agustus. “Even ini sebagai contoh perorangan maupun PSSI sekalipun agar dapat menyelenggarakan even serupa,” ucap H Pahmi, Sabtu (7/8).
Sebab, menurut Ketua Komisi II DPRD Kapuas ini, even sepak bola merupakan olah raga masyarakat, selain untuk mencetak bibit-bibit baru persepakbolaan di Bumi Tinggang Menteng Panunjung Tarung yang berkualitas.
Diharapkan, ke depan PSSI dapat memperhatikan adanya bibit-bibit baru sepak bola tersebut dengan menyelenggarakan even serupa guna memajukan dunia perolahragaan di Kapuas. Sementara, pencetak gol terbanyak ditorehkan Tuhes dari kesebelasan Anjir Putra juga diberikan stimulan uang pembinaan Rp250 ribu. Uang pembinaan dengan nilai yang sama juga diberikan kepada pemain terbaik yakni Hery Eka, salah satu pemain di tim kesebelasan Gabungan Putra dari Kapuas. (DeTAK - nordin)

REMAJA - Haruskah Cowok yang Selalu Traktir..??

DeTAK EDISI 137 

Sejak zaman dahulu, kaum cowok selalu diperlakukan lebih tinggi dan lebih berkuasa dalam berbagai hal. Termasuk dalam urusan materi, kaum Adam ini dipandang sebagai mesin yang menggerakkan roda keuangan dan kehidupan keluarga ataupun pasangan. Kondisi ini diperkuat pula dengan pandangan religius, yang menempatkan kaum cowok pada posisi tersebut.
Kendati demikian, faktor peradaban juga lebih banyak berperan. Dalam hal ini kaum ceweklah yang telah menempatkan cowok pada posisi yang lebih tinggi, porsi yang lebih besar, lebih kuat dan super, terutama dalam hal keuangan. Sehingga sangat rumit untuk melakukan perubahan fungsi dan peranan masing-masing gender.
Peradaban yangmemposisikan cowok dalam posisi tertinggi, membuat pemikiran kaum cewek menjadi lemah dan selalu dalam ketergantungan dengan pasangannya. Tidak bisa dipungkiri, kaum cowok memang selalu ingin terlihat lebih dibanding cewek. Mereka memiliki gengsi yang berat untuk melepas dogma kesuperannya, demi sebuah harga diri meskipun dalam kondisi sulit.
Demikian budaya yang terbentuk di masyarakat. Namun dalam era globalisasi dan emansipasi saat ini, haruskah cowok yang selalu mentraktir cewek?atau mungkinkah setiap cewek selalu ingin ditraktir?bagaimana pula pandangan anda tentang hasil survey yang dilakukan salah satu situs remaja terkemuka di dunia maya, yang mengatakan bahwa sebagian besar cewek mengharapkan dan memilih pasangan cowok yang bisa diandalkan dalam segala hal.
Berdasarkan hasil survey tersebut, banyak cewek berpandangan, sangat sulit menerima cowok yang tidak siap dalam hal keuangan. Menurut mereka uang adalah senjata utama kaum cowok. Sebagian besar cewek menolak jika harus mengambil alih fungsi pembiayaan yang seharusnya diemban kaum cowok. Sebaliknya kaum hawa ini akan sangat bahagia dan bangga ketika si cowok dengan cepat mengeluarkan dompetnya ketika berdiri di kasir. Akan tetapi cewek yang mendapat perlakuan seperti itu sebaiknya jangan senang dulu. Perlu diingat, para cowok sebenarnya tidak hanya mengeluarkan jurus itu kepada cewek yang diincarnya, melainkan juga kepada para sahabat, kolega dan anggota keluarga mereka. Tujuannya jelas untuk mendapat penghargaan dan akses yang lebih luas.
Sebenarnya kemampuan para cowok juga terbatas. Bahkan tidak sedikit cowok yang memaksakan diri mentraktir cewek. Pertanyaannya sekarang, apakah para cewek selalu ingin ditraktir? Ternyata tidak juga. Sebagian besar cewek mengaku risih ditraktir cowok. Apalagi bila yang mentraktir itu cowok yang mempunyai maksud-maksud tertentu. Ada perasaan tidak enak untuk bertingkah cuek dan menghindar. Dan itu sangat mebosankan jika harus dijalani.(osten)

POLITIK - AMAN Kalteng Suarakan Sikap Politik

DeTAK EDISI 137

Simpun Sampurna
JAKARTA, DeTAK-Kehidupan masyarakat adat di Kalimantan Tengah, secara umum sampai saat ini terus menghadapi beragam persoalan. Terutama, ketidakadilan sosial ekonomi akibat agresi pembangunan di atas tanah, wilayah dan kawasan hutan yang telah lama menjadi sumbar penghasilan masyarakat adat.
Demikian diutarakan Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kalteng, Simpun Sampurna ketika dibincangi DeTAK disela acara Festival Museum Nusantara TMII 2010 di Jakarta. Dalam rangka memperingati hari masyarakat adat se-dunia, yang jatuh setiap tanggal 9 Agustus.
Dikataka Simpun, di sejumlah wilayah Kalteng masih saja terjadi penyerobotan lahan oleh industri ekstaktif terhadap wilayah kelola masyarakat adat. Seperti, perkebunan kelapa sawit yang semakin masif, kegiatan pertambangan dan HPH. Dimana industri itu selain berdampak negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat adat, berdampak ekologi, juga memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim melalui peningkatan emisi karbon.
Oleh karenanya, ditegaskan Simpun, AMAN Kalteng merespon aneka persoalan tersebut, yang dinilainya sebagai kondisi yang tidak memihak serta bertentangan dengan hak-hak masyarakat adat . “Untuk itu dalam peringatan masyarakat adat sedunia ini, AMAN Kalteng menyerukan sejumlah pernyataan sikap,” ucapnya.
Pernyataan sikap dimaksud mencakup beberapa hal mendasar, antara lain disebutkan pertama, mengingatkan dan mendorong Pemerintah Republik Indonesia untuk segera mengadopsi Deklarasi PBB tentang Hak-hak masyarakat adat yang dikenal dengan UNDRIP (United Nation Declaration on The Rights of Indegenous Peoples) dalam kebijakan nasional, berikut mempercepat RUU Masyarakat Adat yang sekarang ini telah masuk program legislasi nasional (Prolegnas).
Kemudian, disebutkan AMAN Kalteng menuntut adanya revisi terhadap UU No 41/ 1999 tentang Kehutanan, agar diatur pemisahan antara hutan Negara dan hutan adat. Kedua, Meminta pemerintah kabupaten/kota agar tidak menerbitkan ijin konsesi untuk kepentingan investasi di wilayah adat, sebelum adanya persetujuan masyarakat adat setempat.
Hal itu diharapkan, agar terwujud implementasi positif bagi masyarakat adat. Khususnya dengan pemberlakuan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Kalteng No 16 tahun 2008 tentang Kelembangaan Adat, serta Peraturan Gubernur (Pergub) No. 13 tahun 2009 tentang Tanah Adat dan Hak-Hak Diatasnya. Ketiga, Dalam menyikapi issu perubahan iklim, pengurangan emisi karbon dari degradasi dan deforestasi hutan (REDD) yang tengah melanda Kalteng. AMAN menyerukan harus ada persetujuan masyarakat adat, bilamana proyek itu dilaksanakan. Dengan melibatkan masyarakat adat secara penuh baik dalam perencanaan dan pelaksanaan. Sikap AMAN sangat jelas yakni “ No Right No REDD,”
Keempat, Mendesak Pemkab Barito Timur menyelesaikan konflik komunitas Desa Sarapat, kecamatan Dusun Timur dengan PT. Sawit Graha Manunggal (SGM). Serta meninjau ulang pemberian ijin konsesi perkebunan sawit PT.SGM, yang disinyalir telah menjarah wilayah kelola masyarakat adat Desa Sarapat. Hingga mengakibatkan hilangnya berbagai situs penting serta keanekaragaman hayati di dalam hutan adat.
Kelima, AMAN Kalteng mengumumkan telah terbentuk kesatuan masyarakat adat se-Boneo yang tergabung dalam Borneo Indegenous Peoples Alliance (BIPA). ”Kesatuan ini lebih sebagai wadah kerjasama bagi penyusunan program, guna menjawab persoalan-persoalan masyarakat adat se-Borneo. Demi membangun kedaulatan dan kehidupan masyarakat adat yang lebih baik,” jelas Simpun. (DeTAK – agus irawanto)

PASAR WADAI - DeTAK EDISI 137

Ibu Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Ny H Nani Achmad Diran didampingi Ibu Walikota Ny Norlaina Riban Satia dan Ibu Wakil Walikota Ny Musringah Maryono meninjau sekaligus membuka secara simbolis Pasar Wadai Ramadhan 1431 Hijriyah, Jl A Yani Palangka Raya, Rabu (11/8). Pada Ramadhan tahun ini, Pemko membuka lima lokasi Pasar Wadai di sejumlah wilayah kota yang mampu menampung 262 pedagang.
FOTO : DeTAK / DIDINDAN

DeTAK KOTA - Nilai Kemerdekaan Sangat Mahal

DeTAK EDISI 137

HM. Riban Satia
Dalam rangka memperingati HUT ke-65 Kemerdekaan RI, pemerintah kota melalui dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar hiburan rakyat, di halaman kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya, pekan lalu.
Walikota Palangka Raya HM. Riban Satia dalam sambutan tertulisnya yang disampaikan Sekretaris Daerah Kota Palangka Raya, Sanijan CES pada acara malam hiburan rakyat tersebut mengatakan, Proklamasi kemerdekaan merupakan tonggak sejarah yang paling penting.
Sebab dengan tidak adanya kemerdekaan negeri ini, katanya, tidak mungkin di Republik Indonesia ini dapat berjalan seperti sekarang ini. Disisi lain, katanya, bahwa kemerdekaan Republik Indonesia tidak didapat dengan cuma-cuma, namun didapat dengan penuh perjuangan, pengorbanan darah, air mata, bahkan nyawa.
Dengan demikian, Riban berharap kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya Kota Palangka Raya agar dalam mengingat kemerdekaan itu, semua masyarakat dapat merenungkan kembali betapa berharga dan bernilainya suatu kemerdekaan tersebut.
Dengan kemerdekaan ini, walikota meminta kepada seluruh lapisan masyarakat agar dapat mengisi kemerdekaan tersebut dengan berbuat yang terbaik bagi bangsa ini dan berjuang untuk melawan ketertinggalan, kemiskinan, dan kebodohan.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa acara hiburan rakyat merayakan HUT ke-65 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia juga menyongsong bulan suci Ramadhan 1431 Hijriah.
Dalam bulan suci Ramadhan ini, pemerintahan Kota Palangka Raya mengajak segenap umat Islam agar dapat meningkatkan keimannya dan taqwa dengan melakukan amal saleh dengan menjalankan ajaran agama Islam berdasarkan rukun Islam, kata Riban.
Ia juga menghimbau kepada seluruh warga masyarakat agar saling toleransi dan menjaga suasana aman tentram dan damai, sehingga bagi masyarakat yang menjalankan ibadah puasa bisa berjalan dengan khusuk.
Acara yang lebih memfokuskan pada kegiatan budaya ini mengajak sebuah komunitas seni yang ada di Palangka Raya, yaitu komunitas seniman dan budayawan Palangka Raya sebagai pengisi acara kegiatan.
Diawali dengan penampilan Sansana Kayau yang terdiri dari empat orang. Kemudian di lanjutkan dengan pembacaan puisi oleh budayawan Palangka Raya JJ Kusni. Acara yang digelar untuk menghibur rakyat ini juga menampilkan tarian daerah yaitu tarian Gelang Dadas, kemudian happening art, musikalisasi puisi, komedi dan karungut. Pada kesempatan tersebut Sekda Sanijan CES, Kadis Budpar kota dan masyarakat ikut turun ke lapangan untuk ikut manasai mengiringi nyanyian karungut. Meskipun diberi judul sebagai hiburan rakyat, sayangnya kegiatan tersebut sepi dari penonton yang berasal dari rakyat atau masyarakat. (DeTAK - yusy)

DeTAK PERISTIWA-Pelarian Pembunuh, Berakhir di Atas Pohon

DeTAK EDISI 137

KUALA KAPUAS,  DeTAK - Bejat, sadis dan tidak berperikemanusiaan, mungkin kata-kata itulah yang paling cocok diberikan kepada Ali Rojali (26). Pemuda ini, dengan tidak ragu-ragu menghabisi nyawa kedua orangtuanya yakni sang ayah Akhmad Bukhairi (55) dan sang ibu Siti Raisah (45), warga Jalan Transito Kalimantan, RT 27 Komplek Perumahan Eks PLG Sejuta Hektar,  kabupaten Kapuas, Kalteng, Sabtu, 31 Juli lalu.

Kedua orangtuanya, dihabisi nyawanya ketika sedang tidur dengan cara ditebas menggunakan tajak yakni alat pemotong rumput ilalang hingga masing-masing10 kali tebasan dan akhirnya tewas dengan bersimbah darah di tempat tidur. Setelah menghabisi nyawa kedua orangtuanya, Ali Rojali melarikan diri. Mayat suami istri tersebut ditinggalkan begitu saja, hingga ditemukan warga, Rabu, 4 Agustus sekitar pukul 13.00 Wib, dengan kondisi sudah membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Posisi mayat ditemukan dalam keadaan miring saling berhadapan. Dua luka bacokan mengangga terdapat di wajah Siti Raisah, sang ibu. Sedangkan Akhmad Bukhairi, sang ayah, mengalami hal sama, hampir sekujur tubuh laki-laki kelahiran, Kediri, Jawa Timur ini
dihujani bacokan. Luka mengganga di kepala penjual sayur keliling ini yang belum genap sebulan tinggal di Jalan Transito tersebut, juga terdapat beberapa luka di leher dan bagian lambung sebelah kanan. “Kedua korban dibunuh saat sedang tidur, masing-masing ditebas menggunakan tajak 10 kali,” ungkap Kapolres Kapuas AKBP Yun Imanullah melalui Kasat Reskrim, Ganda M Saragih, Sabtu (7/8) usai rekontruksi.
Setelah itu, terang Ganda M.Saragih, pelaku membuang tajak tersebut ke kolam yang ada di depan rumah, kemudian lari menggunakan jukung (perahu kecil,Red)  ke arah Desa Lupak. Mungkin karena kelaparan, pelaku masuk ke pemukiman warga dan bersembunyi di atas pohon.

Pelarian sang pembunuh sadis tidak begitu lama, dia berhasil ditangkap polisi pada Jumat, 6 Agustus 2010 sekitar pukul 22.00 Wib ketika sedang berada di atas pohon, di Desa Lupak, kecamatan Kapuas Kuala kabupaten Kapuas. Polisi melakukan pengejaran ke desa tersebut setelah mendapat laporan dari ketua RT di desa itu, karena tersangka Ali Rojali terlihat berkeliaran di seputaran desa Lupak Dalam dan  memanjat pohon di kebun warga.
Dari keterangan yang berhasil dihimpun DeTAK, motif pembunuhan dilatarbelakangi rasa sakit hati, karena ayahnya sering main perempuan. Selain itu, permintaan untuk membangun rumah dan membeli tanah di Desa Sei Kayu tidak dituruti orangtuanya hingga tersangka melakukan pembunuhan tersebut. Namun, sumber lain juga menyebutkan, Ali Rojali mempunyai sejarah menderita sakit mental kambuhan. Kejiwaan pelaku pun akan diperiksa,” jelas Kasat Reskrim, seraya menambahkan  pelaku terancam kurungan 15 tahun penjara. (DeTAK – arif)

DeTAK LENSA-Semarak Warga Sambut Hari Merdeka (EDISI 137)

Meski bertepatan dengan tibanya Bulan Ramadhan 1431 H, momen HUT ke-65 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2010 di Palangka Raya tetap berlangsung semarak.
Dari pantauan DeTAK di beberapa wilayah Kota “Cantik”, sejumlah komunitas warga di beberapa kawasan pemukiman tetap menggelar aneka lomba khas “17-an”.
Umumnya, warga menggelar pesta rakyat tahunan ini beberapa hari jelang masuknya bulan Ramadhan. Sebagian lagi menundanya hingga bulan puasa selesai.
Bagaimana bentuk kesemarakan menyambut hari kemerdekaan tersebut? Berikut galeri foto yang didokemntasikan dari dua lokasi kegiatan semarak 17-an yakni di komplek warga RT.03/RW.19 Jl Tjilik Riwut Km 2,5 dan Panti Sosial Majar Tabela Jl Rajawali, Palangka Raya.
(Pengantar dan foto : DeTAK / DIDINDAN)

DeTAK HATI - LEMPUYANG (edisi 137)

Pekan lalu, saya dan teman- teman melakukan perjalanan menuju kota Kuala Pembuang, ibukota kabupaten Seruyan. Rute perjalanan dari Palangka Raya melintasi ruas jalan Palangka Raya – Sampit – Samuda – Ujung Pandaran dan seterusnya menuju kota Kuala Pembuang dengan menyusuri ruas jalan di tepi pantai. Lempuyang adalah nama sebuah Desa di kecamatan Teluk Sampit, kabupaten Kotawaringin Timur. Dalam dua tahun terakhir nama Lempuyang sungguh sangat tenar karena sering dimuat di media massa baik media cetak maupun media elektronik. Ketenaran tersebut karena Desa itu dilewati ruas jalan yang sangat penting, sebab ruas jalan itu saat ini merupakan jalan satu-satunya jalan darat untuk menuju ke kota Kuala Pembuang, sehingga posisinya menjadi sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat kabupaten Seruyan terutama yang tinggal di ibukota kabupaten itu. Dalam pemberitaan media massa, terkenalnya nama Lempuyang karena jalannya yang rusak parah bahkan kadang-kadang ruas jalan itu bisa putus.
Ketika memasuki Desa Lempuyang hati ini terasa riang gembira, karena jalannya terbuat dari beton atau semen, sehingga bisa tancap gas. Namun, setelah melewati sekitar sepuluh kilometer, hati yang riang gembira itu tiba-tiba menjadi risau dan sedih karena kondisi jalan sudah berubah total. Kondisinya ada yang hancur, becek penuh lumpur sehingga bisa amblas dan tertahan di lokasi itu. Kemudian yang paling menyedihkan lebih dari sepuluh kilometer ruas jalan tersebut, kondisinya rusak parah. Orang menyebutnya ‘Jalan Keriting’ sehingga tidak ada jalan yang bisa dipilih lagi. Kondisi ‘jalan keriting’ tersebut hingga mendekati batas Desa Ujung Pandaran. Memang ruas jalan dari Sampit – Samuda – Ujung Pandaran dan Kuala Pembuang itu, statusnya jalan provinsi sehingga disebut kewajiban anggaran provinsi lah yang bertanggungjawab atau APBD Provinsi yang membiayainya. Rusaknya ruas jalan tersebut memang menjadi keluhan sejumlah pihak terutama masyarakat kecil. Bagi masyarakat awam, tentu sangat sedikit sekali yang mengetahui status jalan, apakah jalan negara, jalan provinsi atau jalan kabupaten. Bagi mereka karena jalan yang rusak itu masuk dalam wilayah kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) maka mereka beranggapan bahwa itu tanggungjawab Bupati Kotim, tetapi jika masuk dalam wilayah Seruyan maka itu menjadi tanggungjawab Bupati Seruyan. Sebagai contoh ada ruas jalan antara Kasongan dan Sampit yang rusak parah, padahal status jalan itu merupakan jalan negara, tetapi karena yang rusak parah itu masuk dalam wilayah kabupaten Kotim maka masyarakat umum beranggapan bahwa itu menjadi tanggungjawab Bupati Kotim HM. Wahyudi K, Anwar yang menjabat Bupati Kotim selama sepuluh tahun atau kerennya disebut dua periode. Terlepas dari status jalan apakah jalan kabupaten, jalan provinsi ataupun jalan negara, sebaiknya pemimpin daerah lebih memikirkan kepentingan rakyat atau kepentingan publik, dari pada memikirkan status jalan tersebut. Nah, walaupun status jalan di Lempuyang itu merupakan jalan provinsi, rasanya tidak salah jika Pemkab Kotim dan Pemkab Seruyan bergotong royong biayanya untuk memperbaiki ruas jalan tersebut sehingga masyarakat bisa tersenyum jika lewat di ruas jalan itu. Cara gotong royong membangun jalan ini sudah pernah dilakukan yakni membangun ruas jalan Palangka Raya – Buntok yang saat itu Gubernur Kalteng dijabat H.Asmawi Agani, untuk membiayai pembangunan ruas jalan itu dilakukan secara gotong royong semua kabupaten di Kalteng saat itu, termasuk kabupaten sebelah barat seperti Kobar dan Kotim yang sebenarnya tidak ada kepentingan dengan ruas jalan tersebut. Alhasil, ide brilian almarhum H. Asmawi Agani itu berhasil dengan baik dan sekarang ruas jalan Palangka Raya – Buntok sudah mulus, hanya tinggal satu jembatan saja lagi. Apalagi untuk ruas jalan di Lempuyang itu, rasanya tidak terlalu sulit mengatasinya asalkan dua Pemkab yang disebut kabupaten induk dan pemekaran saling bersinergi dalam hal anggaran. Tetapi jika pemimpin dua pemkab ini saling mengedepankan egonya masing-masing, ya tentu akan menjadi sangat sulit dalam menyelesaikan persoalan ruas jalan di Lempuyang itu. Kita berharap agar kedua kabupaten ini bersinergi dalam menyelesaikan persoalan jalan di Lempuyang.
Jika memang ruas jalan itu masuk dalam wilayah Kotim, tetapi kepentingan lebih besar bagi Pemkab dan masyarakat Seruyan maka mungkin sebaiknya APBD Kotim lebih besar prosentasenya, contohnya Kotim 60 persen dan Seruyan 40 persen, atau masing-masing 50 persen. Jika dari dulu dua Pemkab ini bisa saling memikirkan untuk kepentingan rakyat akan jalan itu, mungkin tidak sejauh ini ruas jalan Lempuyang menjadi keluhan masyarakat. Dengan terpilihnya Supian Hadi sebagai Bupati Kotim periode 2010 – 2015 yang tidak lain adalah menantu dari HM. Darwan Ali, Bupati Seruyan maka besar harapan masyarakat agar dua Pemkab ini bisa bersinergi untuk menyelesaikan persoalan jalan di Lempuyang. Seperti diketahui, Kabupaten Kotim berhasil dimekarkan menjadi tiga kabupaten yakni kabupaten Kotim dengan ibukotanya Sampit, Seruyan dengan ibukotanya Kuala Pembuang dan kabupaten Katingan dengan ibukotanya Kasongan.

DeTAK UTAMA

EDISI 137

DeTAK COVER EDISI 137

Semarak Sambut Ramadhan 1431 H

FOTO : DeTAK / DIDINDAN
Desain Cover : YuDhet (NoNo)

Sejumlah siswi salah satu SMP di Palangka Raya mengusung pamflet bertuliskan asmaul husna atau100 sifat-sifat Allah SWT, pada kegiatan “Pawai Taaruf Menyambut Bulan Ramadhan 1431 H”.
Kegiatan yang diprakarsai Pemerintah Kota Palangka Raya bekerjasama dengan DPW BKPRMI Provinsi Kalimantan Tengah ini dilangsungkan Senin (9/8) sore, dengan start dan finish dari Bundaran Besar menuju halaman Masjid Nurul Islam, Jl A Yani, Palangka Raya.
Kirab dalam rangka menyemarakkan tibanya bulan Ramadhan ini dilepas oleh Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Ir H Achmad Diran didampingi oleh Wakil Walikota Palangka Raya, Maryono SH.i, jajaran BKPRMI Provinsi dan Kota serta sejumlah pejabat lainnya.