Tetap Damai dalam Perbedaan Jalur Musik
DeTAK HIBURAN EDISI 142
foto:DeTAK/YUSY |
Jangan ragukan kreativitas anak-anak muda Kota Palangka Raya dalam bermusik. Di kota ini, berbagai aliran musik tumbuh dan berkembang seperti halnya di daerah lain di Indonesia. Salah satunya adalah jenis musik reggae.
Baru-baru ini, sebuah grup musik beraliran reggae yang digawangi sejumlah anak-anak muda “Kota Cantik” mencoba memproklamirkan eksistensinya. Namanya, Republik Reggae Itah atau disingkat RRI.
Band reggae ini diisi personil antara lain Andi Wo Yoy, Bule Kris dan Garang di vokal, Adri dan Andri di gitar, Bobo di bass kemudian Ipor Maslianor di Jimbe serta Andi pada drum.
Berdirinya band ini berawal dari kumpul-kumpulnya Andi dan kawan-kawan yang punya kegemaran sama yakni di jalur musik reggae. Semenjak berdiri, band ini sudah beberapa kali mengganti personil. Maskipun begitu mereka tetap menjaga kekompakan dengan selalu melakukan latihan rutin.
“Dulu kami lebih banyak, cuma karena kesibukan makanya harus ganti-ganti,” ujar Andy. Personilnya sendiri berasal dari berbagai daerah, Ipor dari Kalsel, Andy dari Jawa dan teman yang lain ada yang dari sampit seperti Bule,” terang Andi Wo Yoy. Dijelaskannya pula, ada beberapa yang masih mahasiswa dan beberapa juga sudah bekerja.
Minimnya kegiatan musik yang mengusung aliran musik reggae tidak mematahkan semangat dan kecintaan mereka untuk tetap bermain musik ini. ”Kami lebih sering bermain di kegiatan komunitas, seperti baru-baru ini di komunitas vespa,” ujar Ipor, diamini Andi Wo Yoy dan teman-temannya.
Baru-baru pun ini mereka di undang untuk mengisi acara pada bazar dan pentas seni Ramadhan 2010 yang diadakan oleh Dekranas kota Palangka Raya. ”Teman-teman reggae dari banjar juga datang” sebut Andy.
Para pentolan RRI mengakui, saat ini penggemar musik reggae di Palangka Raya memang belum sebanyak di kawasan perkotaan lainnya. Karenanya, mereka merasa punya tanggung jawab untuk memperkenalkan secara luas musik ini di Palangka Raya. ”Semoga kedepan semakin banyak yang menyukai musik ini di Palangka Raya” harap Ipor.
Hal ini agak berbeda ujarnya jika dibandingkan di provinsi tetangga yaitu Kalimantan Selatan yang lumayan lebih maju.
Mengenai stigma negatif di musik reggae tidak mereka tampik, hanya saja bagi mereka kembali kepada masing-masing pribadi. ”Satu hal yang masih kami pegang adalah tetap cinta damai” ujar Ipor. Karena menurutnya itulah pesan utama dari musik reggae, membawa perdamain.
Rastafaria adalah filosofi dari musik reggae, yang mengusung perdamaian, hidup tertib, teratur dan tidak merokok. ”Untuk menyebut diri kami sebagai rastaman, kami belum berani, kami masih harus belajar banyak,” ujarnya. Tetapi memang reggae tidak harus rasta terang mereka.
Musik mereka sendiri, meskipun sejauh ini masih membawakan lagu-lagu dari para pendahulu reggae tetapi tetap dengan gaya dan style Republik Reggae Itah. Ada banyak tokoh reggae yang mempengaruhi musik mereka, yang utama tentu saja Bob Marley yang sudah menjadi legenda reggae dan di Indonesia seperti Tony Q atau Tony Rastafar dan Ras Muhammad terang Andy, dan tentu saja masih banyak yang lainnya.
Ketika ditanya mengapa memilih aliran atau genre musik reggae, mereka menjawab dengan simpel, karena musik reggae asyik dan enak didengar ujar mereka serempak. Selain itu, karena jarangnya orang menyukai musik ini. ”Selama inikan orang lebih menyukai musik-musik pop atau rock”, ujar Andy. Alhasil, menjadi terlihat berbeda juga menjadi tantangan buat mereka. (DeTAK-yusy)