Rp 250 Miliar Mengalir Keluar

DeTAK KOTA EDISI 142

Ir Saing Saleh
Pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya setiap tahun masih di bawah 6 persen. Kota inipun termasuk kota komsumtif, sekitar Rp250 miliar setiap tahun mengalir keluar guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari 22 komoditas pokok, hanya sayuran, ikan dan ayam ras yang memadai diproduksi sendiri.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palangka Raya Saing Saleh mengatakan, pertumbuhan investasi masih ditunjang oleh pemerintah, sedangkan peran sektor swasta sangat kurang. Ini mempengaruhi juga struktur perekonomian, yang bisa dicermati dari turun naiknya belanja langsung dan tidak langsung.
"Sampai 2007 belanja langsung masih ideal ketimbang belanja tak langsung. Di 2008 malah berjalan berimbang," jelasnya.
Sayangnya, pada 2009 menjadi jauh kurang ideal. Dimana, belanja tidak langsung jauh lebih besar dari belanja langsung. "Ini disebabkan pendapatan kurang, sedangkan pegawai semakin bertambah. Ditambah lagi kebijakan pemerintah yang menaikkan gaji pegawai, tunjangan. Dampak lain besarnya belanja tidak langsung, yaitu banyaknya proyeknya yang dijadwal ulang dengan menerapkan skala prioritas," jelas Saing saat ekpose hasil pembangunan, Senin.
Dari hasil evaluasi pihaknya, terang Saing, pelaksanaan pembangunan yang dikelola Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hingga Agustus 2010 realisasinya baru sekitar 41 persen.
Rupanya, kegiatan belanja modal murni terkendala akibat belum mendapat persetujuan DPRD Kota dalam APBD Perubahan. Disamping itu, karena adanya perubahan aturan dari pemerintah pusat perihal berubahnya dana hibah menjadi dana fiskal.
Meski dibawah 6 persen pertumbuhan ekonominya, namun bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, Palangka Raya masih cukup bagus.
"Ditengah krisis ekonomi dan keuangan, pertumbuhan ekonomi Palangka Raya 5,94 persen, sedangkan nasional 4,5 persen. Untuk Provinsi Kalimantan Tengah juga 5 persen," ungkap Saing di ruang kerjanya.
Sebenarnya, kata Saing, potensi dan peluang investasi sangat terbuka lebar dan menjanjikan untuk dikelola. Pertambangan misalnya, memiliki talenta zirkon, kaolin, batubara dan tambang galian C. "Sekarang ini terdapat tujuh kuasa pertambangan yang masuk dalam penanaman modal non fasilitas," sebutnya.
Di perkebunan dan kehutanan terdapat potensi kelapa sawit dan karet. Dimana, ada empat buah perusahaan perkebunan besar (PBS) yang masih tahap arahan lokasi dan persetujuan prinsip.
Kemudian, bidang peternakan peluang investasi sejati berjubel. Yang menonjol adalah pembenihan (hatchery), budidaya (kolam dan keramba), dan penangkapan.
Hanya saja, dari segi produksi perikanan tangkap dan ikan budidaya cenderung menurun dan semakin sulit bersaing. "Pasokan ikan dari luar daerah justru cenderung lebih murah," ungkap Saing.
Tidak jauh berbeda dengan yang dialami bidang bidang peternakan. Umumnya, kata Saing, produksi perternakan cenderung memiliki nilai kompetitif yang rendah dengan produksi sejenis dari luar daerah.
Padahal sejumlah potensi cukup untuk dihandalkan. Ada sapi potong, ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.Sama juga pada bidang tanaman pangan, seperti holtikultura (sayuran, palawija) dan florikultura (tanaman hias, bunga potong,dan anggrek).
"Usahanya masih dalam skala kecil, terbatas dengan produktifitas yang rendah. Perlu diketahui untuk florikultura saja, mesti mendatangkannya dari luar. Padahal, ini peluang investasi cukup besar bila dikelola dengan baik," sebut Saing.
Untuk industri,lanjutnya, ada pengolahan kayu, karet dan rotan,mobilair, benang bintik dan industri rumah tangga. Namun,industri yang ada hanya berskala kecil dan mikro, serta cenderung lambat berkembang.
"Sampai saat ini Palangka Raya belum memiliki produk unggulan yang dipasarkan ke luar daerah," timpal Saing.
Potensi lain, sambung Saing, terlihat pada bidang pariwisata,khususnya wisata budaya, alam dan jasa pendukung. "Masalahnya objek dan kunjungan wisata masih terbatas. Demikian juga dengan kalender wisata dan strategi pemasaran belum disusun dengan memadai," nilainya.
Yang lain, yaitu potensi bidang jasa semisal hotel,restoran dan transportasi. Sedangkan khusus untuk kondisi eksisiting penanaman modal antara lain untuk penanaman modal asing (PMA) rencana investasi mencapai 40.650.300 dollar AS (Rp150.812.570.000) dengan penyerapan tenaga kerja 3.010 orang.
Sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) rencana investasi Rp132,738.630.000 dengan penyerapan tenaga kerja 1.682 orang.

KEBERHASILAN
Mantan Plt Sekda ini juga memaparkan keberhasilan yang ditoreh Pemko kaliber nasional. Sebutlah, Human Development Indeks (Indeks Pembangunan Manusia-IPM). Palangka Raya, ungkap Saing, dari 491 kabupaten/kota se-Indonesia, Palangka Raya menduduki peringkat 3 nasional. Provinsi Kalteng peringkat 7 dari 33 provinsi.
Kemudian, dari survei Bank Dunia lagi-lagi kota ini berada di peringkat 3 dalam bidang perizinan. Kota ini pun sudah tuntas pelaksanaan Wajar 9 tahun, kini sudah melaksanakan Wajar 12 tahun sejak 2010.
Ditilik dari usia harapan hidup, lanjut Saing, terjadi peningkatan menjadi 73 tahun. Lalu, pelayanan kesehatan dasar peringkat 161 dari 491 kabupaten/kota se-Indonesia. "Pengangguran terbuka juga menurun dari 14,05 persen 2008 menjadi 8,3 persen 2009," ungkap Saing lagi.
Selanjutnya, nominal penduduk miskin jika ditengok dari garis kemiskinan menurut kabupaten/kota se-Kalteng, maka jumlah penduduk miskin di Palangka Raya 9.900 kepala keluarga (KK) atau 4,64 persen .
"Ini merupakan angka presentase terkecil dari seluruh kabupaten/kota se-Kalteng. Sementara rata-rata tingkat provinsi Kalteng jumlah rumah tangga miskin (RT) 8,36 persen." sebutnya.
Apabila jumlah RT miskin ditambahkan dengan RT hampir miskin, timpal Saing, maka jumlahnya mencapai 13.556 KK.
Terakhir, Saing mengatakan, untuk menangani masalah Pemko menggunakan kajian-kajian akademis melalui Dewan Riset Daerah (DRD) yang baru dibentuk, termasuk bekerjasama dengan penelitan dengan Universitas Palangka Raya (UNPAR),UI,IPB dan UGM. (DeTAK-rickover)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar