Tenaga Pustakawan di Kalteng Minim

BACA DeTAK UTAMA SELENGKAPNYA, HANYA di TABLOID DeTAK  

DeTAK UTAMA - EDISI 147

Selama ini keberhasilan pembangunan sumber daya manusia, utamanya di sekolah-sekolah, selalu diindetikan dengan porsentase kelulusan, jumlah gedung sekolah maupun sarana prasarana sekolah.

FOTO : RICKOVER
Jarang terdengar soal perpustakaan sekolah sekaligus tenaga pustakawannya dibicarakan ataupun dibahas sehingga kelasnya naik setingkat dengan derajat porsentase kelulusan dan yang lainnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Tengah (Kalteng) Guntur Talajan termasuk pejabat jeli yang melirik masalah ini. Kepada salah satu media lokal harian terbitan Palangka Raya, ia berterus terang Provinsi Kalteng masih kekurangan tenaga perpustakaan.
Yang ada di sekolah-sekolah saat ini hanya guru yang diperbantukan untuk mengelola perpustakaan. Tak ayal, harapan untuk memperoleh manfaat dari perpustakaan atau buku sepertinya sulit diperoleh. Hanya saja, Walikota Palangka Raya HM Riban Satia menyarankan digunakannya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan administrasi perkantoran mengelola perpustakaan sekolah, selain guru dan tata usaha.
Menurut Walikota, sejatinya kepala sekolah paling tahu bagaimana menangani masalah itu. Mungkin layak kita contoh apa yang dilakukan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Palangka Raya. Dimana, sekolah tersebut mempekerjakan dua orang tenaga honorer untuk mengelola perpustakaan sekolah. Para tenaga honorer tersebut merupakan kebijakan sekolah yang sumber dananya berasal dari dana komite sekolah. Honornya per orang sebesar Rp900 ribu per bulan.
Seberapa pentingnya perpustakaan di sekolah yang terkelola dengan baik dapat tergambarkan dari opini I Ketut Widiasa, Pustakawan Universitas Negeri Malang berjudul "Manajemen Perpustakaan Sekolah". 
Opini ini oleh redaksi dipilih menjadi dua bagian sesuai kebutuhan pemberitaan, sehingga menjadi tiga judul, yakni "Lima Persen Anggaran", "Kerjasama Antar Sekolah" dan Mitra Siswa dalam Belajar".
Kemudian dua opini lain, satunya dari Zainal Fanani Koordinator Insan Baca Surabaya (Jaringan Taman Baca dan Perpustakaan Independent) yang berjudul "Kolaborasi antara Guru-Perpustakaan". Satunya lagi dari Administrator Jaringan Taman Baca dan Perpustakaan Independent dengan judul "Bagian Integral Sekolah".  
Kedua judul ini merupakan perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan pembahasan topik kali ini. (DeTAK-indra/rickover)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar