BACA DeTAK UTAMA SELENGKAPNYA, HANYA di TABLOID DeTAK
Fenomena makin mengularnya kenderaan bermotor di semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Palangka Raya mengisyaratkan belum ada solusi yang dilakukan pihak-pihak terkait.
FOTO : UMAR |
Dari pengamatan DeTAK, yang ada masih sebatas komentar yang tidak lain berupa keprihatinan terjadinya antrian yang semakin hari semakin mencemaskan. Belum satu pun komentar yang menyoal solusi yang tepat mengatasi antrian itu.
Yang masyarakat tahu, dalam keseharian mereka tetap mengantri kendatipun disuarakan PT Pertamina (Persero) stok mencukupi, bahkan bertambah sekian persen. "Yang paling tahu masalah ini adalah Hiswana Migas. Titik simpulnya dimana? Apakah stoknya yang kurang atau tidak? Ini yang perlu kita ketahui," tanya Maryono.
Bahkan, tidak sedikit pihak menudiang telah terjadi 'kebocoran' pada tingkat SPBU. Ini lah yang ditepis Sekretariat Hiswana Migas DPC Kalimantan Tengah (Kalteng) Kabulat T. Ia mengatakan, antrean terjadi disebabkan beberapa hal. Diantaranya, akibat suplai BBM subsidi jenis Solar dari Pertamina ke sejumlah SPBU hampir setiap bulannya mengalami penurunan.
Sementara, penurunan ini diikuti dengan lajunya pertumbuhan kendaraan yang notabene terus mengalami kenaikan.
Disatu sisi juga, katanya, membludak-nya antrian dipicu juga lantaran pihak Pertamina dalam mendistribusikan BBM Subsidi masih belum bisa menjangkau hingga ke daerah-daerah pedalaman.
Belum lagi ulah pelangsir, yang oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya Penyang Kondrat sudah masuk kategori mata pencaharian.
Dari hasil monitoring pihaknya, kebanyakan antrian panjang lantaran ulah para pelansir dalam memperoleh BBM jenis solar dengan memperbanyak armada-armada di sejumlah SPBU.
"Untuk mendapatkan BBM jenis solar, setiap armada dirata-ratakan satu harinya ada yang sampai delapan kali mengisi di antrean SPBU. Armada tersebut kayaknya khusus digunakan para pelangsir untuk memperoleh BBM sebanyak-banyaknya," jelas Penyang.
Meski begitu Wakil Ketua DPRD Kota Palangka Raya Yurikus Dimang belumm bisa memastikan apa sebenarnya yang terjadinya. Ia langsung menanyakan apakah antrian diakibatkan kekurangan suplai dari Pertamina, atau BBM industri, atau pada masalah tingkat kebutuhan yang begitu banyak .
Namun apapun alasannya, Yurikus menegaskan, Pertamina harus mengawasi suplai, baik BBM subsidi maupun industri agar dapat ditemukan apa penyebabnya.
Ternyata dari kesaksian H Mahyuni, pemilik jasa angkutan PO AGUNG MULIA terdapat perbedaan mendasar pelayanan antara SPBU di Palangka Raya dan SPBU di Kotawaringin Barat (Kobar).
Di Kobar, jelasnya, kendaraan angkutan umum lebih diutamakan untuk memperoleh BBM di SPBU. Sedangkan di SPBU di Kota Palangka Raya harus mengantri kurang lebih sepuluh jam. Itu pun, belum tentu dapat BBM karena stoknya terbatas.
Ada baiknya memegang tanggapan dari Kapolres Palangka Raya AKBP Andreas Wayan Wicaksono soal antrian dan pelangsir. Andreas mengatakan, perlunya tim terpadu bertemu dalam satu rapat guna membahas detil persoalan BBM ini.
"Selama inikan masing-masing pihak mengeluarkan statemen soal BBM. Kalau ada pertemuan kita akan rumus bareng-bareng sehingga hanya satu simpul cara mengatasi masalah," katanya. (DeTAK-indra marbun/rickover)
Yang masyarakat tahu, dalam keseharian mereka tetap mengantri kendatipun disuarakan PT Pertamina (Persero) stok mencukupi, bahkan bertambah sekian persen. "Yang paling tahu masalah ini adalah Hiswana Migas. Titik simpulnya dimana? Apakah stoknya yang kurang atau tidak? Ini yang perlu kita ketahui," tanya Maryono.
Bahkan, tidak sedikit pihak menudiang telah terjadi 'kebocoran' pada tingkat SPBU. Ini lah yang ditepis Sekretariat Hiswana Migas DPC Kalimantan Tengah (Kalteng) Kabulat T. Ia mengatakan, antrean terjadi disebabkan beberapa hal. Diantaranya, akibat suplai BBM subsidi jenis Solar dari Pertamina ke sejumlah SPBU hampir setiap bulannya mengalami penurunan.
Sementara, penurunan ini diikuti dengan lajunya pertumbuhan kendaraan yang notabene terus mengalami kenaikan.
Disatu sisi juga, katanya, membludak-nya antrian dipicu juga lantaran pihak Pertamina dalam mendistribusikan BBM Subsidi masih belum bisa menjangkau hingga ke daerah-daerah pedalaman.
Belum lagi ulah pelangsir, yang oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya Penyang Kondrat sudah masuk kategori mata pencaharian.
Dari hasil monitoring pihaknya, kebanyakan antrian panjang lantaran ulah para pelansir dalam memperoleh BBM jenis solar dengan memperbanyak armada-armada di sejumlah SPBU.
"Untuk mendapatkan BBM jenis solar, setiap armada dirata-ratakan satu harinya ada yang sampai delapan kali mengisi di antrean SPBU. Armada tersebut kayaknya khusus digunakan para pelangsir untuk memperoleh BBM sebanyak-banyaknya," jelas Penyang.
Meski begitu Wakil Ketua DPRD Kota Palangka Raya Yurikus Dimang belumm bisa memastikan apa sebenarnya yang terjadinya. Ia langsung menanyakan apakah antrian diakibatkan kekurangan suplai dari Pertamina, atau BBM industri, atau pada masalah tingkat kebutuhan yang begitu banyak .
Namun apapun alasannya, Yurikus menegaskan, Pertamina harus mengawasi suplai, baik BBM subsidi maupun industri agar dapat ditemukan apa penyebabnya.
Ternyata dari kesaksian H Mahyuni, pemilik jasa angkutan PO AGUNG MULIA terdapat perbedaan mendasar pelayanan antara SPBU di Palangka Raya dan SPBU di Kotawaringin Barat (Kobar).
Di Kobar, jelasnya, kendaraan angkutan umum lebih diutamakan untuk memperoleh BBM di SPBU. Sedangkan di SPBU di Kota Palangka Raya harus mengantri kurang lebih sepuluh jam. Itu pun, belum tentu dapat BBM karena stoknya terbatas.
Ada baiknya memegang tanggapan dari Kapolres Palangka Raya AKBP Andreas Wayan Wicaksono soal antrian dan pelangsir. Andreas mengatakan, perlunya tim terpadu bertemu dalam satu rapat guna membahas detil persoalan BBM ini.
"Selama inikan masing-masing pihak mengeluarkan statemen soal BBM. Kalau ada pertemuan kita akan rumus bareng-bareng sehingga hanya satu simpul cara mengatasi masalah," katanya. (DeTAK-indra marbun/rickover)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar