Tato,Antara Seni dan Premanisme

DeTAK REMAJA EDISI 144

Menghiasi tubuh dengan tato, sudah menjadi salah satu tren remaja masa kini. Meskipun sebagian besar masyarakat masih menganggap tabu dengan keberadaan tato tersebut, hasrat remaja untuk ber-tato-ria sepertinya tak terbendung lagi. Aneka bentuk tato semakin eksis menghiasi goresan di tubuh setiap orang.
Pada dasarnya tato sudah diidentikkan dengan kekerasan dan kriminal. Larangan agama untuk bertato juga memperkuat asumsi tersebut. Namun anggapan masyarakat tentang merajah tubuh tersebut kini mulai sirna. Makna tato bagi sekelompok masyarakat mulai bergeser. Kini dianggap sebagai hiasan tubuh yang menawarkan nilai-nilai seni yang mampu melahirkan cita rasa, trendi dan modis.
Jika kita kembali ke pengertian dasarnya, tato berasal dari kata tatu yang artinya pertanda bagi sesuatu. Ini diambil dari bahasa Tahitian. Dalam pengertiannya, tato merupakan cara memberi tanda dengan memasukkan pigmen kedalam kulit tubuh.
Berdasarkan pengertian ini, maka jelas saja tato tersebut sangat beresiko bagi kesehatan. Ternyata tinta tato yang disuntikkan kedalam kulit sangat beracun. Hal ini sudah terbukti menimpa beberapa tokoh dari kalangan selebritis dan olahragawan yang menggunakan tato. Belum lagi ancaman penyakit berbahaya lainnya yang berasal dari jarum suntik yang digunakan berulang-ulang. Ini tentu saja beresiko menularkan penyakit seperti HIV Aids.
Seperti kita ketahui, tinta tato tersebut umumnya dibuat dari bahan kimia yang dikelompokkan dalam unsur logam berat, misalnya arsenik, mercury, perak, emas, dan bismuth. Zat-zat ini sangat berbahaya bagi kulit.
Dr.Irma Bernadette Simbolon, salah seorang dokter ahli kulit dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dalam sebuah situs kesehatan mengatakan, dalam ilmu kedokteran, tato sangat berpotensi menimbulkan kelainan pada kulit. Semakin luas permukaan kulit yang ditato, maka semakin besar pula resiko gangguannya. Hal itu tentu saja bisa menimbulkan keracunan.
Tren tato dikalangan remaja memang sudah menjadi fenomena mode. Dengan alasan mempercantik diri, mereka rela mempertaruhkan kesehatan demi sebuah kata trendi. Tren bertato dikalangan artis, juga menjadi salah satu pemicu maraknya praktek pertatoan dikalangan remaja. Sementara pandangan masyarakat tentang seni merajah tubuh ini, sebagian besar masih memiliki citra buruk dan sarat dengan unsur kekerasan dan brutalisme.
Dalam sejarah nenek moyang masyarakat Dayak Kayan di Kalimantan, tato itu sudah digunakan sejak dulu, namun maknanya mungkin sedikit berbeda dengan pemahaman masyarakat saat ini. Dahulu masyarakat Dayak sudah terbiasa dengan tato. Untuk kaum pria, tato akan dipasang sebagai kehormatan setelah berhasil memenggal kepala musuhnya. Sementara untuk kaum wanita, tato terkait dengan kepercayaan yang diyakini menjadi penerang bagi seseorang setelah kematian. Namun tradisi bertato suku Dayak Kayan ini dipastikan tidak memiliki efek buruk bagi kesehatan, karena zat yang diigunakan berasal dari rempah-rempah alami, bukan zat kimia berbahaya.(osten/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar