DeTAK TAMBUN BUNAI EDISI 144
foto : Osten |
PALANGKA RAYA, DeTAK - Pelabuhan Kalimantan Tengah (Kalteng) tidak kompetitif. Banyak pengusaha lebih suka ekspor bahan mentah melalui pelabuhan luar ketimbang pelabuhan lokal. Nominalnya pun cukup membuat keder.
"Ini membuktikan pelabuhan-pelabuhan di Kalimantan Tengah (Kalteng) semakin tidak kompetitif," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng WS Dantes Simbolon saat jumpa pers,Jumat pekan lalu.
Kegiatan ekspor bahan mentah Kalteng melalui pelabuhan luar nominalnya tak tanggung-tanggung. "Justru terjadi tiga kali lipat banyaknya, yaknimencapai 290 persen dibanding tahun sebelumnya. Entah itu bicara ekonomis atau tidak, tapi orang lebih suka diluar Kalteng," beber Dantes.
Catatan BPS menyebutkan, ekspor melalui pelabuhan luar periode Juni-Juli 2009 sebesar 108,76 dollar AS. Meningkat tajam 290,68 persen pada periode yang sama di 2010, yakni 424,91 dollar AS. Sementara ekspor melalui pelabuhan-pelabuhan Kalteng hanya meningkat 6,73 persen.Tepatnya, dari 189,03 dollar AS (Januari-Juli 2009) menjadi 201,76 dollar AS pada periode yang sama tahun ini.
Kemungkinan tidak dipilihnya pelabuhan-pelabuhan di Kalteng, sebut Dantes, disebabkan fasilitas ekspor pelabuhan yang tidak memadai. Lalu, angkutan kapal negara tujuan ekspor tidak ada. "Tidak menutup kemungkinan masalah administrasi ekspor yang menyulitkan pengusaha," timpalnya.
Bahkan, lanjut Dantes, bisa jadi rusaknya ruas jalan provinsi antara Sampit Kotawaringin Timur dan Pelabuhan Bagendang termasuk yang membuat pengusaha ogah memilih pelabuhan lokal.
Yang paling banyak dieskpor lewat pelabuhan luar, lanjut Dantes, adalah batubara. Nominalnya pada Januari-Juli 2010 mencapai 282.30 dollar AS. Naik signifikan ketimbang 2009 dengan kurun waktu sama, yaitu 57,16 dollar AS. Atau, meningkat 393,88 persen.
Kemudian, komoditi karet dan bahan olahan dari karet. Cerminan peningkatannya dari 39,66 dollar AS 2009 menjadi 129,18 dollar AS pada 2010. Atau, meningkat 225,73 persen.
Ekspor Kalteng pun tahun ini turun 0,28 persen ketimbang 2009. Nilai kumulatifnya dari Januari-Agustus 2010 hanya 230,47 juta dollar AS. Sebelumnya di 2009 nilainya sebesar 231,11 juta dollar AS .
Penyebabnya, kata Dantes, akibat anjloknya komoditi lemak dan minyak hewan nabati, utama ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah. Cerminannya, dari 153,36 juta dollar AS Januari-Agustus 2009 menjadi 141,61 juta dollar AS. Atau, anjlok 61,44 persen.
Dantes pun belum tahu pasti penyebab anjloknya CPO itu. Besar kemungkinan, katanya, ekspor CPO melalui pelabuhan luar Kalteng kemudian dialihkan lagi antarpulau.
Memanasnya hubungan Indonesia-Malaysia beberapa pekan belakangan, dihitung Dantes, sebagai kemungkinan lain anljok ekspor CPO. "Dominasi ekspor CPO kita lebih besar ke Malaysia," timpalnya.
Hanya saja, Kalteng sedikit terhibur. Meskipun ekspor secara kumulatif menurun, namun pada Agustus lalu ekspor naik 77,88 persen (28,14 juta dollar AS). Pada Juli hanya 15,82 juta dollar AS. Malaysia, sambung Dantes, masih tetap negara tujuan ekspor dengan persentase 77,47 persen (21,80 juta dollar AS). Disusul Jepang 16,24 persen (4,57 juta dollar AS).
Selain minyak lemak dan minyak hewan/nabati, barang dari kayu dan bijih besi, kerak dan abu logam merupakan komoditas ekspor Kalteng yang lain. (DeTAK-rickover)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar