Teras Narang : Jangan Jadi Jago Kandang

DeTAK TAMBUNBUNGAI EDISI 169

PALANGKA RAYA - Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang meminta Masyarakat Adat Dayak harus mampu menjadi pemimpin bukan hanya didaerahnya sendiri, tapi juga menjadi pemimpin di daerah lain. 

PENUTUPAN MUSDA-Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang
bersama sejumlah tokoh adat Dayak dan Damang Se-Kalteng
pada penutupan Musyawarah Dewan Adat Dayak Provinsi
(DAD PROV)  I yang berlangsung 25-27 Maret 2011
di Aula LPMP Kalteng, pekan lalu. Foto: Usman
"Bukan hanya jadi jago di kandang sendiri, tapi kalau perlu berada di kandang orang lain, dengan menampakkan kemampuan secara cerdas," serunya kala menutup Musyawarah Dewan Adat Dayak Provinsi (DAD PROV) I di Palangka Raya, pekan lalu. "Saya bangga kalau ada Suku Dayak jadi pemimpin di provinsi lain. Bukan jago di kandang sendiri, kalau perlu kita berada di kandang orang lain," tegas Teras.
Sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terang Gubernur, Suku Dayak Kalteng harus mampu dan siap berkompetisi dalam bahasa, dalam kondisi dan situasi apapun. "Itu baru yang namanya Masyarakat Adat Dayak. Itu yang saya inginkan menjadi cita-cita luhur kita," kata Teras dihadapan para Damang se-Kalteng di Aula Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kalteng. Gubernur mengajak warga Dayak menciptakan sistem, dan program perihal bagaimana berupaya dan berusaha di bidang ekonomi, budaya, pendidikan dan lainnya.
"Jangan lah Masyarakat Adat Dayak hanya dalam kondisi jadi penonton. Kita harus jadi pemain, karena kondisi kita bukan dengan tangan tengadah, tetapi yang harus diupayakan adalah bagaimana bahwa tangan kita yang memberi," tekannya.
KH-1 Kalteng ini sepakat dalam masalah sosial, budaya, adat, hak adat dan kebudayaan, memang perlu proteksi. Termasuk, situs-situs budaya harus pula dipertahankan. "Karena itu adalah milik nenek moyang. Harus kita pertahankan dan harus ada keberpihakan," jelas Teras.
Hanya saja. lanjut Gubernur, ada juga sektor-sektor lain yang memang harus digeluti secara kompetisi. Tapi, ada juga ranah-ranah dan gelanggang-gelanggang yang bukan kewenangan dari Majelis Adat Dayak Nasional (MADN).
Yang pasti, sebut Teras, ranah-ranah warga NKRI pelaksanaannya tanpa membedakan suku, agama, dan kelompok. "Tempat kita bermain sebagai warga negara. Artinya, pasaran bebas bagi yang mampu akan duduk, tapi bagi yang tidak mampu akan minggir," katanya.
Ketika dirinya menjadi Ketua Komisi II dan Ketua Komisi III DPR RI, sambung Teras, ia tidak pernah meminta proteksi maupun meminta dukungan agar dirinya duduk sebagai orang Dayak.
"Saya ingin orang Dayak yang lainnya juga demikian. Tampakan bahwa kita mampu, bahwa kita bisa," serunya lantang.
Diingatkannya, MADN adalah satu-satunya saluran yang mampu mendorong Masyarakat Adat Dayak untuk menjadi seorang pemimpin atau apapun yang diharapkan.
"Apakah sebagai kepala daerah, maupun yang lainnya. Kalau bisa bukan hanya menjadi pemimpin di Provinsi Kalteng, tapi dimana pun, di tingkat nasional, atau bahkan di Provinsi lainnya," kata Teras lagi.
Gubernur mengucapkan selamat atas terpilihnya secara aklamasi Sabran Achmad sebagai Ketua Umum Dewan Adat Dayak Kalteng. Ia berpesan kepada seluruh Dewan Adat Dayak yang hadir agar membantu tugas-tugas ketua umum. (DeTAK-usman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar