DeTAK HATI EDISI 182
OLEH : SYAIFUDIN HM
karikatur : yudhet |
Hati ini merasa sedih dan gundah gulana, karena akhir-akhir ini kata-kata miskin sangat akrab terdengar di telinga. Apakah memang sudah sedemikian parahnya soal kemiskinan di Indonesia? Berbicara soal kemiskinan di negara kita tercinta ini sepertinya belum ada tanda-tanda akan berakhir, sebab semakin hari semakin terus bertambah yang namanya label miskin. Coba saja, sudah beberapa tahun ini ada yang namanya program beras miskin atau disingkat raskin yang diberikan kepada masyarakat yang miskin dengan harga khusus dan lebih murah. Cara memperoleh beras ini dibagikan kupon oleh aparat kelurahan dan desa, RW dan RT. Nah, dengan kupon itulah untuk mengambil beras miskin. Tetapi dalam praktiknya, tidak jarang banyak yang mendapatkan jatah raskin itu ternyata orang-orang yang tidak termasuk kategori miskin atau orang mampu bahkan ada orang kaya yang menikmati beras miskin. Kemudian ada lagi yang namanya berobat gratis bagi masyarakat miskin yang disebut Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) dengan memperlihatkan surat keterangan tidak mampu (SKTM), lalu ada pula bahan bakar minyak (BBM) subsidi bagi masyarakat miskin, serta berbagai nama dengan mengikutkan label miskin. Semua program yang berlabel miskin itu, apakah sudah dievaluasi secara mendalam atau tidak, apakah tepat sasaran, apakah disalahgunakan, apakah dikorupsi, dan lain sebagainya. Mengapa muncul pertanyaan demikian? Karena sudah begitu banyak program-program yang berlabel miskin, tapi masyarakat miskin masih saja terlihat di mana-mana. Untuk BBM bersubsidi yang diperuntukan bagi masyarakat miskin, sebaiknya dihapuskan saja karena yang menikmatinya justru bukan orang miskin. Kalau orang miskin itu, diantara kategorinya yakni tidak memiliki sepeda motor, tidak memiliki pekerjaan tetap (serabutan), makan tidak tiga kali dalam sehari. Nah, jika melihat sebagian kategori itu, tentu orang miskin tidak menikmati subsidi BBM Premium (bensin) karena mereka tidak memiliki sepeda motor. Lalu untuk siapa subsidi BBM itu, tentu bagi orang-orang yang kaya dan mampu dalam materi, karena itu sebaiknya subsidi BBM dihapuskan saja. Biarkan saja, bensin dan solar serta minyak tanah mengikuti harga pasar seperti yang berlaku dengan pertamax. Kalau kita, melihat dan memperhatikan kemiskinan materi itu, sesungguhnya tidak terlalu sangat berbahaya jika dibandingkan dengan kemiskinan moral. Akibat terjadinya kemiskinan moral maka tidak sedikit oknum pejabat negara, oknum politisi, oknum pejabat pemerintah yang dengan bangganya memakan uang rakyat melalui korupsi. Seperti kita lihat, kita dengar dan kita baca di media massa, ada sejumlah oknum menteri dan mantan menteri, ada gubernur, bupati, ada anggota DPR, serta oknum anggota DPRD yang terkurung di penjara akibat diduga memakan uang rakyat. Dengan semakin terpuruknya kondisi negara ini, mari kita bersama-sama memberantas kemiskinan moral, karena dampaknya sungguh sangat berbahaya. Berkaitan dengan kemiskinan materi yang dialami sebagian masyarakat Indonesia, sebaiknya pemerintah mengkaji ulang sejumlah subsidi bagi masyarakat miskin, karena tidak sedikit orang-orang kaya yang menikmatinya. Bagi orang-orang kaya yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan menikmati subsidi-subsidi bagi orang miskin itu, kita doakan semoga Allah SWT menjadikannya benar-benar orang miskin yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar