Hampir Dua Jam Teras Bertemu Soros
PALANGKA RAYA, DeTAK
Kedatangan George Soros ke Palangka Raya merupakan sinyal bahwa Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menjadi perhatian dunia, terutama dalam soal hutan dan lahan gambut. Pengusaha kondang asal Negeri Paman Sam (Amerika Serikat) ini mengaku, banyak mengetahui informasi tentang Kalteng melalui media cetak maupun eletronik.
"Ini yang membuatnya ingin membuktikan sendiri ke lapangan," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Kalteng Kardinal Tarung, Sabtu pekan lalu. Ketertarikan Soros, terang Kardinal, salah satunya karena pemerintah provinsi dinilainya konsisten menjaga kelestarian hutan.
Gubernur Agustin Teras Narang terlibat pembicaraan serius di ruangan VIP Bandara Tjilik Riwut kala menyambut kedatangan Penasehat Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu. Hampir dua jam kedua pemimpin bertemu. Kepada wartawan, Teras mengatakan, dirinya mengisahkan secara rinci awal mula proyek eks Proyek Lahan Gambut (PLG) satu juta hektar hingga dilakukannya rehabilitasi agar kembali bisa dipulihkan.
"Saya juga menjelaskan komitmen pemerintah Kalteng perihal kebijakan perihal green goverment policy (GPP). Dimana, setiap kebijakan pembangunanan selalu memperhatikan aspek lingkungan. Ini menjadi poin yang membuat PBB mengirim utusannya ke sini," katanya usai bertemu Soros. Teras secara lugas mengatakan, Kalteng tak sanggup menjalankan kebijakan itu, tanpa dukungan masyarakat internasional.
"Kalteng terus terang saja, tak sanggup. Kedatangan Soros menjadi harapan bagi kita agar mendapat dukungan," sebutnya. Diakuinya, selama ini rehabilitasi dilakukan pemerintah pusat, namun berjalan lambat. Teras juga mengatakan, lahan gambut Kalteng berkurang dari 3,4 juta hektare, sejak adanya eks PLG. Soros sendiri mengatakan ingin melihat langsung kelestarian dan keberadaan rawa gambut.
"Dari perjalanan wisata hutan tropis ini, saya akan mendapatkan secara langsung informasi di lapangan," katanya kepada wartawan. Tercatat, kawasan yang menjadi sasaran kunjungan pialang global ini adalah Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sabangau Palangka Raya.
Dia didampingi tim peneliti lahan gambut dari Universitas Palangka Raya (UNPAR) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM )Wetland Indonesia Regional Kalimantan. Alue Dohong yang mendampingi Soros, mengatakan, Soros sempat kaget melihat hutan rawa gambut yang rusak akibat ulah penebang liar dan kebakaran hutan. Hasil pantauan, kata Alue Dohong, akan dibawa ke PBB. Termasuk, mencari finansial asisten atau bantuan untuk Indonesia dalam melindungi lahan gambut tersebut.
Sebagai diketahui, Indonesia memiliki cadangan karbon gambut nasional sebanyak 34 gigaton. Terbanyak di Provinsi Riau dan Pulau Kalimantan. Data yang dimiliki Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) 2009 menyebutkan, di Kalimantan terdapat 10.183 gigaton cadangan karbon nasional yang terserap di dalam hutan gambutnya. Di seluruh pulau terbesar ketiga di dunia itu, terdapat 5.769.246 hektar hutan gambut. Terluas di Provinsi Kalteng, yaitu 3.010.640 hektar.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) 2003, luas Provinsi Kalteng 15.355.361,82 hektar. Sedangkan tutupan hutannya mencapai 10.294.853,52 hektar. Artinya, hutan Kalteng mencapai 67,04 persen dari luas provinsi.
Dari luasan tersebut, 1.848.485,60 hektar diantaranya adalah kawasan hutan konservasi. Untuk kawasan konservasinya sendiri, Kalteng memiliki delapan titik konservasi, tiga diantaranya berstatus Taman Nasional.
Delapan titik konservasi yang dimaksud adalah satu kawasan Taman Wisata Alam (TWA), yaitu TWA Tanjung Kaluang, satu Suaka Margasatwa (SM) yaitu SM Lamandau, tiga kawasan cagar Alam (CA) yaitu CA Sapat Hawung, CA Pararawen I & II, CA Bukit Tangkiling dan tiga yang berstatus Taman Nasional (TN) yaitu TN Bukit Baka-Bukit Raya, TN Tanjung Puting, dan TN Sebangau.
Gambut berperan penting dalam penyerapan karbon. Khusus gambut di Kalteng, sepertiganya berkedalaman lebih dari 3 meter dan berstatus harus dilindungi. (DeTAK-yusy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar