Media Massa Diminta Merekam Sisi Pluralisme

DeTAK ANEKA EDISI 147

Seminar dengan tema : Peranan Media dalam
Integrasi Bangsa, yang digelar oleh ANBTI sedang
berlangsung yang dipandu KH.Dian Nafi’ (berdiri).
Pakar Pendidikan dan Sosial dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara, Phill Zainul Fuad meminta media massa memiliki orientasi yang jelas agar dapat menjadi kendali social dan media massa yang proprularisme akan menjadi orientasi perdamaian. “Pemberitaan cenderung bersifat konflik, padahal jurnalisme itu mencari fakta. Selain mempunyai orientasi yang jelas, media massa juga harus merekam sisi pluralisme,” ujar Phill Zainul Fuad dalam Seminar yang digelar Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) di gedung Sahid Jaya, Jakarta, 28 Oktober lalu.
Di tempat yang sama, peserta Konsolidasi Nasional II Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika yang dihadiri 400 peserta dari 33 provinsi seluruh Indonesia, memperingati 82 Tahun Sumpah Pemuda. Peserta Konsolidasi Nasional II Aliansi Bhinneka Tunggal Ika tersebut terdiri berbagai suku, agama dan kepercayaan dari seluruh pelosok Indonesia.
Seminar yang mengangkat tema : Peranan Media dalam Integrasi Bangsa, menampilkan enam orang pembicara Prof. Qasim Mathar (UIN Sulawesi Selatan), Shopia Maypaw (anggota DPD-RI dari Papua Barat), Dr.Phill Zainul Fuad (IAIN Sumatera Utara), Eva Sundari (anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P), Saur M. Hutabarat (Direktur Pemberitaan Media Indonesia) dan Maria Hartiningsih (Wartawan KOMPAS, penggerak Jurnalisme Damai)) serta dengan moderator KH. Dian Nafi’.
Lebih lanjut, Zainul menambahkan media massa pun harus membangun karakter pribadi sebagai identitas, sebab tanpa karakter pribadi media massa akan terjebak. “Jangan sampai media kita hanya bisa menjadi corong. Saya mendambakan sebuah media yang punya orientasi perdamaian,” harapnya.
Sementara itu, Direktur Pemberitaan Media Indonesia Saur M. Hutabarat mengatakan dalam konteks integritas nasional, media massa tidak boleh netral. “Kalau kita bersepakat NKRI negara Plural maka tidak ada pilihan lain, media massa harus berpihak kepada pluralisme,” tegasnya.
Eva K. Sundari, anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P mengeluhkan media massa yang masih menjadikan Jakarta sebagai sentral sumber pemberitaan. Padahal, menurut dia, Jakarta tidak dapat dijadikan tolok ukur untuk sebuah proses demokrasi. “Seharusnya para tokoh lokal di daerah juga dijadikan sumber informasi. Hal ini penting agar media massa dapat berperan dalam memperkuat demokrasi,” pinta Eva.
Wartawan KOMPAS Maria Hartiningsih menegaskan praktik jurnalisme damai harus dikedepankan dan diperjuangkan. Ini, katanya, benar-benar jurnalisme komprehenshif, yang benar-benar berpihak pada jalan perdamaian tanpa kekerasan. Para peserta seminar sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut, hal itu terlihat dengan banyaknya pertanyaan dalam sesi dialog. (DeTAK – syaifudin HM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar