DeTAK UTAMA EDISI 164
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menargetkan penurunan persentase kasus gizi kurang di Kalteng yang besarnya 18 persen tahun ini menjadi 15 persen hingga 2015. Sama artinya, bahwa target penurunan kasus kurang gizi hanya tiga persen, atau kalau dirata-ratakan persentase target penurunan kasus gizi kurang per tahunnya hanya sebesar 0,75 persen.
ILUSTRASI : ISTIMEWA |
“Seharusnya untuk menekan angka kurang gizi di Kalteng minimal penurunannya satu persen per tahun. Kalau penurunan persentase kurang gizi dari 18 persen tahun ini diturunkan menjadi 15 persen hingga 2015, maka penurunan pertahunnya hanya 0,75 persen. Ini kan masih tergolong rendah,” nilai Anggota Komisi C DPRD Kalteng M Sa’ad Arfani.
Paling tepat, jelasnya, penurunannya minimal sebesar satu persen pertahunnya. “Jadi, target untuk tahun 2015 itu penurunannya minimal empat persen, sehingga pada tahun 2015 nanti kasus gizi kurang menjadi 14 persen,” ujarnya kepada DeTAK kala ditemui diruang kerjanya, pekan ini.
Sebenarnya target penurunan 15 persen itu merupakan target nasional sebagaimana yang diutarakan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Endang Rahayu Sedyaningsih pada peringatan Hari Gizi Nasional di Gedung Kementerian Kesehatan, Selasa. Menkes mengatakan, pengatasan masalah gizi buruk dan pengaruhnya terhadap tinggi badan harus dilakukan secara komprehensif atau menyeluruh.
Di antaranya melalui perbaikan gizi ibu hamil atau antenatal care. Angka gizi buruk pada balita sendiri mengalami perbaikan, dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada 2011.
Namun menurut Menkes, angka itu belum istimewa karena berarti masih ada 3,7 juta balita yang kurang gizi. Menkes menargetkan, pada tahun 2015 angka itu bisa terus ditekan menjadi 15 persen saja.
Sejauh ini target penurunan 15 persen di Kalteng nampak sudah mulai dipacu jauh-jauh hari sebelumnya. Upaya yang dilakukan nampaknya terfokus pada pengurangan angka kematian ibu dan anak, menurunkan angka kurang gizi maupun gizi buruk, dan mengurangi penderita penyakit penyertanya.
Ke depan, sebagaimana yang dikatakan Kepala Seksi Bimdal Kesehatan Dasar Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kalteng, Yulka Susana, selain melakukan program kesehatan yang sifatnya kuratif (pengobatan), juga dilakukan program yang bersifat preventif (pencegahan). Nampaknya, Puskesmas dan Posyandu akan menjadi ujung tombak utama layanan kesehatan di masyarakat, untuk menjadikan masyarakat Kalteng sehat.
Soal persentase kurang gizi yang 18 persen tahun ini, dipandang anggota Komisi C DPRD Kalteng, Pudji Rustaty Narang tidak begitu masalah. “Masalah persentase target gizi kan berbicara soal angka. Tapi yang terpenting, ke depannya bagaimana mencegah dan menanggulangi agar kasus gizi kurang tiap tahunnya dapat ditekan,” jelasnya.
Dinas Kesehatan setempat, kata Pudji Rustaty, perlu mengaktifkan peran posyandu, khususnya di desa-desa. Termasuk, penyuluhan dan konseling ASI guna menekan kasus gizi kurang. Kemudian upaya promotif seperti sosialisasi paradigma hidup sehat. Artinya, kesehatan itu dapat terjaga salah satunya dengan adanya sosialisasi di masyarakat.
Ada baiknya juga diketengahkan pada edisi ini soal pencerahan perihal kurang gizi dan gizi buruk lantaran keduanya memang beda-beda tipis. Juga, masih tingginya tingkatan anak balita yang mengidap kurang gizi di Indonesia. Tak ketinggalan akibat yang ditimbulkan gara-gara terjangkiti kurang gizi. Termasuk, ciri-ciri anak mengidap kurang gizi. (DeTAK-indra/rickover)
Baca Selengkapnya DeTAK UTAMA di TABLOID DeTAK EDISI 164
Tidak ada komentar:
Posting Komentar